Hasilnya, sebuah demfarm yang
diselenggarakan BPTP Jatim dengan pendekatan PTT pada kedelai di Desa
Gambirono, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, mampu berproduksi
2,2-2,3 t/ha, jauh lebih tinggi dari cara tradisional yang hanya sekitar
1,5 t/ha.
Seorang peneliti BPTP Jatim, Dr. Q.
Dadang E., sekaligus selaku penanggung jawab demfarm untuk Kab. Jember
menyebutkan, jika kebutuhan nasional diproyeksikan 800.000 t dan
produktivitas kedelai 2,3 t/ha, maka untuk berswasembada kita hanya
memerlukan luasan lahan sekitar 350.000 ha. Jika banyak daerah menanam
kedelai lebih dari sekali dalam setahun, maka kita memerlukan luasan
yang kecil. Dengan catatan, imbuhnya, pendekatan PTT harus diterapkan
dengan baik dan benar.
Demfarm
itu menerapkan komponen varietas unggul (Argomulyo, Burangrang,
Anjasmoro, Kaba, dan Grobogan), cara tanam dengan ditugal pada bekas
potongan rumpun padi, tanam 2-3 tanaman per lubang, dan Pengendalian
Hama secara Terpadu. Cara tanam tersebut juga meningkatkan efisiensi
benih yang semula 50 kg/ha menjadi 40 kg/ha.
Untuk menyebarluaskan kabar baik itu,
panen kedelai demfarm dikemas dalam sebuah acara “Temu Lapang Inovasi
Teknologi Kedelai” (20/9/2011) yang diselenggarakan atas kerja sama BPTP
Jatim dengan Diperta Kab. Jember.
Acara
temu lapang yang diselingi dengan temu wicara itu, dihadiri oleh Kepala
Diperta Kabupaten Jember beserta jajarannya, KTNA, HKTI, ketua-ketua
Gapoktan, serta seluruh anggota kelompok-kelompok tani dan Muspika di
lokasi demfram, serta stakeholder penyedia saprotan.
Dalam kesempatan itu, petani juga
menyatakan akan mengembangkan hasil panen dari varietas yang diminatinya
untuk musim tanam berikutnya. Varietas kedelai pilihan mereka adalah
Argomulyo dan Burangrang. Courtesy : BPTP Karangploso Jatim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar