Minggu, 09 Oktober 2011

Awas Hati-Hati ada Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung Manis dan Hibrida

Awas Hati-Hati ada Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung Manis dan Hibrida Pertanaman jagung yang tumbuh subur di areal lebih 100 ha yang menyebar di desa Sungai Bakar Kecamatan Bajuin Kabupaten Tanah Laut Kalsel, sejak beberapa minggu ini nampak terserang penyakit bulai. Petani Wagino sebagai ketua Gapoktan Sinar Tani mengeluhkan serangan penyakit bulai yang menyerang tanamannya dan anggota. Sudah 2 kali ini menyulam benih jagung. Musim tanam tahun ini dengan curah hujan yang tinggi dan tidak teratur, membuat tanaman mudah terserang penyakit tersebut. Benih yang digunakan memang setiap tahun memang sama dari salah satu penyedia benih hibrida. Untuk melihat gambaran bibit jagung yang berumur 3 minggu – 6 minggu sudah terekam saat kunjungan lapangan ke lahan mereka (petani). Sampai tanggal24 Desember pertanaman belum dapat teratasi, petani mulai berpikir untuk mengganti benih merek lain, atau bertanam sayuran, jenis palawija yang lain. Pada tahun ini 2009, serangan penyakit bulai di desa ini dan di beberapa kecamatan lebih parah dengan intensitas serangan ringan – berat dan menyebar cepat. Sebagai ketua Gapoktan Sinar Tani dia harus mencari tahu penyebab dan resiko akibat serangan penyakit bulai. Apalagi dia dalam berusaha tani jagung untuk mendapatkan modal dengan meminjam di salah satu bank pemerintah melalui Kredit Ketahanan Pangan Energi (KPP-E). Rata-rata menanm jagung lebih dari 2 ha ada yang mencapai 10 ha, tentu bila tanaman jagung gagal berapa rugi dan resiko yang harus diterimanya. Lahan pertanian yang ditanami jagung memang berada di pegunungan dengan kondisi cuaca basah, kering serta kelembaban yang tinggi, sehingga memicu penyakit bulai berkembang lebih cepat. Pengetahuan petani tentang penyakit ini masih belum menguasai. Pemakaian benih hibrida, varietas yang sama pada areal tersebut. Salah satu kendala penting dalam upaya peningkatan produksi jagung adalah gangguan biotis yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu gangguan oleh mikroorganisme yang dikenal dengan gangguan hama, dan gangguan oleh miroorganisme yang disebut sebagai gangguan penyakit. Mikroorganisme penyebab penyakit dikelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu cendawan, bakteri, dan virus. Jenis penyakit yang disebabkan oleh cendawan yaitu bulai, bercak daun, hawar daun, hawar upih, karat daun, busuk batang, dan gosok bengkak. Jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri meliputi bakteri busuk batang, hawar/layu bakteri Goss, dan layu bakteri Stewart (Shurtleff 1980). Jenis Penyakit yang disebabkan oleh virus adalah penyakit virus mosaik kerdil, penyakit virus kerdil khlorotik, penyakit virus mosaik jagung, penyakit virus gores, dan penyakit virus mosaik tebu (Wakman et al. 2001, Shurtleff 1980). Untuk mengenal lebih jauh tentang penyakit bulai, berdasarkan bahan pustaka yang diperoleh melalui Balai Penelitian Sereal Maros, Sulawesi Selatan sebagai berikut: Pengenalan Penyakit Bulai Gejala Gejala daun yang terinfeksi berwarna khlorotik, biasanya memanjang sejajar tulang daun, dengan batas yang jelas, dan bagian daun yang masih sehat berwarna hijau normal. Warna putih seperti tepung pada permukaan bawah maupun atas bagian daun yang berwarna khlorotik, tampak dengan jelas pada pagi hari. Daun yang khlorotik sistemik menjadi sempit dan kaku. Tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya dan pembentukan tongkol terganggu sampai tidak bertongkol sama sekali. Tanaman yang terinfeksi sistemik sejak muda di bawah umur 1 bulan biasanya mati. Gejala lainnya adalah terbentuk anakan yang berlebihan dan daun-daun menggulung dan terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan dan daun sobek-sobek. Penyebab Shurtleff (1980), Wakman dan Djatmiko (2002), serta Rathore dan Siradhana (1988) melaporkan bahwa penyakit bulai pada jagung dapat disebabkan oleh 10 spesies dari tiga gernerasi yaitu: 1. Peronosclerospora maydis (Java downy mildew) 2. P. philippinensis (Philippine downy mildew) 3. P. sorghi (Sorghum downy mildew) 4. P. sacchari (Sugarcane downy mildew) 5. P. spontanea (Spontanea downy mildew) 6. P. miscanthi (Miscanthi downy mildew) 7. P. heteropogoni (Rajasthan downy mildew) 8. Sclerophthora macrospora (Crazy top) 9. S. rayssiae var. zeae (Brown stripe) 10. Sclerospora graminicola (Graminicola downy mildew) Siklus Hidup Jamur dapat bertahan hidup sebagai miselium dalam biji, namun tidak begitu penting sebagi sumber inokulum. Infeksi dari konidia yang tumbuh di permukaan daun akan masuk jaringan tanaman melalui stomata tanaman muda dan lesio lokal berkembang ke titik tumbuh yang menyebabkan infeksi sistemik. Konidiofor dan konidia terbentuk keluar dari stomata daun pada malam hari yang lembab. Apabila bijinya yang terinfeksi, maka daun kotiledon selalu terinfeksi, tetapi jika inokulum berasal dari spora, daun kotiledon tetap sehat. Epidemologi Pembentukan konidia jamur ini menghendaki air bebas, gelap, dan suhu tertentu, P. maydis di bawah suhu 240C, P. philippinensis 21-260C, P. sorghi 24-260C, P. sacchari 20-250C, S. rayssiae 20-220C, S. graminicola 17-340C, dan S. macrospora 24-280C. Tanaman Inang Beberapa jenis serealia yang dilaporkan sebagai inang lain dari pathogen penyebab bulai jagung adalah Avena sativa, Digitaria spp., Euchlaena spp., Heteropogon contartus, Panicum spp., Setaria spp., Saccharum spp., Sorghum spp., Pennisetum spp., dan Zea mays. Pengendalian Teknologi pengendalian penyakit bulai pada jagung yang umum diterapkan adalah: • Penggunaan varietas tahan (Balitsereal 2005) • Pemusnahan tanaman terinfeksi • Pencegahan dengan fungisida sistemik berbahan aktif metalaksil • Pengaturan waktu tanam agar serempak • Pergiliran tanaman. Usaha yang dilakukan bekerja sama dengan Petugas Hama dan Penyuluh, untuk kegiatan pemusnahan tanaman terinfeksi dengan mencabut tanaman jagung yang terindikasi dijangkit penyakit bulai, saat di kebun jagung siapkan karung plastik (bekas gula, pupuk, beras). Cabut tanaman jagung yang sakit, segera masukkan ke dalam karung, jangan diletakkan pada parit, atau ditumpuk disekitar tanaman sehat, apalagi diberi makan untuk ternak. Setelah terkumpul penuh, bikin lubang seukuran 30 x 80 cm, masukkan bersama karung dan timbun. Sebelum keluar dari kebun usahakan pakaian, alat-alat pertanian dicuci, atau ganti baju yang kita kenakan. Saat keluar kebun jagung kita tidak membawa spora jamur…..ya bebas penyakitlah. (Syaiful Rahman) Sumber : Tabloid Sinar Tani tanggal 3-9 Pebruari 2010 No.3340 Tahun XL, halaman 10

Tidak ada komentar: