Senin, 10 Oktober 2011

Teknologi Budidaya Bawang Merah Dari Biji

Sampai saat ini petani bawang di Bali masih menggunakan umbi bibit untuk bahan tanaman. Bibit yang berasal dari umbi produktivitasnya relatif tidak berubah.

Peningkatan produksi hanya dapat dilakukan melaui perbaikan kultur teknis, dan suatu ketika akan dapat mengalami penurunan. Disamping itu, penggunaan umbi bibit dapat menyebabkan biaya produksi tinggi terutama biaya untuk pengadaan benih, sehingga dapat mengurangi minat petani untuk mengusahakannya. Terkait dengan hal tersebut diatas, saat ini telah ada varietas baru bawang merah (TUK-TUK) dengan produktivitas tinggi dan dapat ditanam melalui biji serta harga benihnyapun terjangkau.

I. KEBIJAKAN / STRATEGI 

Strategi yang ditempuh adalah meningkatkan produktivitas lahan pertanian melalui antara lain : pemilihan jenis komoditas pertanian yang bernilai ekonomis tinggi dan sesuai dengan agroklimats setempat, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk (anorganik dan organik) dan penggunaan pestisida (anorganik dan organik).

II. POTENSI DAN MASALAH 

Potensi Sentra penghasil bawang merah di Bali tersebar di Kabupaten Bangli, Karangasem, Buleleng, Klungkung dan sedikit di Jembrana. Rata-rata luas pertanaman bawang merah dalam 5 tahun terakhir (2005 – 2009) adalah 1165,6 hektar dengan rata-rata produktivitas 94,95 kw/hektar dan rata-rata produksi baru mencapai 11024,6 ton. Produktivitas bawang merah di Bali masih mungkin untuk ditingkatkan dengan penerapan panca usahatani, karena salah satu sentra produksi bawang merah telah mampu mencapai produksi lebih dari 10 ton/hektar protolan basah dan untuk varietas TUK-TUK mampu berproduksi 30 ton/hektar protolan basah.
Masalah Petani banyak yang berminat menanam bawang merah, namun karena biaya produksi terutama biaya untuk penyediaan bahan tanaman berupa bibit dari umbi sangat tinggi sehingga petani sering terkendala dengan permodalan yang dimiliki. Sebagai perbandingan bahwa kebutuhan bibit dari umbi untuk keperluan penanaman 1 Ha sebanyak 1.000 kg dengan nilai Rp 15.000.000,-, sedangkan penggunaan benih dari biji cukup memerlukan 4 kg biji dengan nilai Rp 4.000.000,- untuk keperluan 1 Ha.

III. CARA BUDIDAYA 

a. Pesemaian
  • Buat bedengan dengan lebar 1 m, tinggi 40-50 cm, dan panjang menyesuaikan, jarak antar bedengan 50 cm. 
  • Campur tanah bedengan dengan pupuk kandang 2 kg/m2 dan kapur pertanian 150 gr/m2, SP 18 100 gr/m2, dan KCl 50 gr/m2. 
  • Taburi bedengan dengan sekam padi setebal 10 cm lalu dibakar dan selanjutnya dibiarkan selama 1 hari. 
  • Ratakan bedengan, beri pupuk yang telah dipersiapkan kemudian aduk secara merata dengan tanah permukaan bedengan. 
  • Buat alur melintang dengan jarak 5-10 cm dan kedalaman 1 cm. 
  • Taburkan biji bawang merah ke dalam alur sebanyak 150-200 biji/alur, kemudian tutup alur dengan tanah halus. 
  • Kecambah akan muncul 5-10 hari setelah semai. Bila musim hujan sebaiknya bedengan ditutup dengan sungkup plastik selama 3-4 minggu. 

b. Pengolahan Tanah
  • Lakukan pengolahan tanah 2-4 minggu sebelum penanaman dengan kedalaman olah 25 cm. 
  • Buat bedengan dengan ukuran lebar 120 cm, tinggi 40-50 cm, dan panjang menyesuaikan dengan keadaan lapangan. 
  • Berikan pupuk dasar berupa pupuk ZA sebanyak 952 kg/Ha, SP 18 sebanyak 1.000 kg/Ha, pupuk KCl sebanyak 383 kg/Ha, 3 hari sebelum tanam sebanyak ½ dosis. 
  • Pupuk disebar merata diatas permukaan bedengan dan dicampur secara merata dengan tanah permukaan bedengan. 
  • Pasang mulsa plastik hitam perak dengan warna hitam menghadap permukaan bedengan. 
  • Lubangi mulsa plastik dengan jarak 10 cm x 10 cm dengan menggunakan kaleng susu yang didalamnya diberi bara api.

c. Penanaman 
  • Lakukan penyiraman pada bedengan/lubang tanam terlebih dahulu untuk memberikan kelambaban tanah. · Tanam bibit yang telah berumur 40-50 hari, 1 lubang 1 bibit. Tekan tanah disekitar pangkal tanaman dengan lembut supaya akarnya menyatu dengan tanah.

d. Pemeliharaan
  • Pada awal pertumbuhan sampai umur 3 minggu penyiraman rutin pagi dan sore hari, terutama sehabis hujan. 
  • Lakukan pemupukan susulan ¼ dosis masing-masing pada umur 30 hari dan 55 hari sejak tanam. 
  • Pengendalian hama penyakit - Bercak ungu (Alternaria porii) dengan gejala serangan bercak kecil, cekung, warna putih hingga kelabu. Pengendalian dengan penyemprotan menggunakan air bersih sehabis hujan, atau menggunakan fungisida yang berbahan aktif tembaga hidroksida. - Bercak daun Cercosphora, dengan gejala bercak klorosis bulat warna kuning. Dikendalikan dengan fungisida yang sesuai. - Ulat dengan gejala serangan daun bila diteropong tampak bekas dimakan ulat. Dapat dikendalikan dengan insektisida berbahan aktif klorfirifos. 
e. Panen dan Pasca Panen 
  • Panen dilakukan saat tanaman berumur 65-75 hari setelah tanam, ditandai dengan daun sudah mulai rebah dan umbi tersembul ke permukaan tanah. Cara memanen adalah dengan mencabut tanaman dan menjemurnya dibawah terik matahari langsung atau diletakkan diatas para-para. 
  • Untuk dapat bertahan 1-2 tahun bila penanganan pasca panennya baik. Salah satu cara penyimpanan yang baik adalah dengan menyimpan diatas para-para. Courtesy : http://distanprovinsibali.com

Tidak ada komentar: