Budi
daya ubikayu sambung sistem Mukibat telah lama dikenal di Jawa Timur,
namun sejauh ini cara tersebut tidak berkembang. Dengan meningkatnya
permintaan ubikayu sebagai bahan baku bioetanol, cara ini dikembangkan
lagi oleh beberapa pemerintah daerah dan petani dengan harapan dapat
meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Hasil survei usahatani
menunjukkan belum adanya teknologi baku untuk ubikayu sambung di tingkat
petani. Meskipun demikian, penanaman ubikayu sistem sambung Mukibat di
Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Gunung Kidul dan di Lampung Tengah
masing-masing menghasilkan 59 t, 72 t dan 59 t/ha dan keuntungan Rp
24.334.000,- (B/C ratio 3,0), Rp. 8.027.000,- (B/C ratio 1,3) dan Rp
22.315.000,- (B/C ratio 2,1).
Penyiapan
bibit untuk ubikayu sambung sangat menentukan keberhasilan tanaman,
oleh karena itu diperlakukan lebih khusus dibandingkan bibit ubikayu
biasa (tanpa sambung). Terdapat tiga macam bibit di tingkat petani,
yaitu:
a. Bibit sambungan baru.
Disiapkan batang atas ketela karet (Manihot glasiovii)
dan batang bawah (varietas unggul maupun unggul lokal) yang berdiameter
sama, tidak terlalu muda maupun tua (Gambar 1). Bahan untuk bibit yang
sudah disiapkan hendaknya ditaruh di tempat yang teduh agar getahnya
tidak mengering. Waktu yang tepat untuk penyambungan adalah pada musim
kemarau pada bulan Agustus – September karena getahnya kental sehingga
memudahkan proses penyambungan dan tingkat keberhasilannya tinggi. Bila
penyambungan dilakukan pada musim hujan, getahnya encer sehingga
menghambat proses penyambungan.
Gambar 1. (a) proses penyambungan batang
atas dan batang bawah, (b) Penampungan setelah penyambungan (peletakan
bibit sambung dibalik sehingga batang atas di bagian bawah), (c)
Pemilihan bibit bertunas untuk ditanam.
b. Bibit Randan.
Bibit
Randan adalah bibit yang berasal dari bibit sambungan yang telah
dipanen dan ditanam lagi. Penggunaan bibit Randan dapat diulang 3 – 4
kali sehingga disebut Randan-1 (pengulangan pertama), Randan 2
(pengulangan kedua) begitu seterusnya (Gambar 2). Atas dasar pengalaman
petani hasil umbi yang terbaik adalah dari bibit Randan-1 dan Randan-2.
Gambar 2. (a) Bibit sambungan baru, (b) bibit Randan 1 (tahun ke-2), (c) bibit Randan 2 (tahun ke-3)
Cara
penyiapan bibit Randan adalah dengan memotong sedikit bagian pangkal
batang tempat kedudukan umbi dan memotong batang atas yang disisakan 4 –
5 mata tunas. Keuntungan penggunaan bibit Randan adalah:
- Sambungan sudah kuat, tidak mudah patah
- Cepat bertunas
- Produksi lebih tinggi daripada sambungan baru
- Pertumbuhan tanaman lebih kokoh
- Tidak memerlukan biaya penyambungan
c. Bibit sambung batang atau sambung pucuk
Bibit
sambung batang atau pucuk adalah bibit yang penyambungannya dilakukan di
lapang pada tanaman yang berumur 2 - 3 bulan. Caranya, dengan memotong
miring batang ubikayu yang telah tumbuh kemudian disambung dengan
batang ketela karet. Cara ini dinilai kurang efektif oleh petani karena
mudah patah, butuh waktu yang lebih lama, dan memerlukan ketrampilan
yang lebih baik dibandingkan sambung sistem Mukibat.
Cara
budidaya ubikayu sambung sistem Mukibat di tingkat petani, di beberapa
daerah masih sangat beragam sehingga produksinya juga beragam. Seperti
halnya dengan ubikayu biasa, setelah dilakukan pengolahan tanah sempurna
kemudian tanah dibentuk sesuai dengan cara penanamannya yaitu cara
kenongan (guludan per individu tanaman) (Gambar 3a), guludan memanjang
(Gambar 3b) dan cara lubang tanam. Pada cara tanam kenongan dan guludan
memanjang, jarak antar puncak guludan masih bervariasi yaitu 1,25 m x
1,50 m atau 1,5 m x 1,5 m sehingga populasi tanamannya berkisar antara
4.000 – 4.500 tanaman/ha. Sedangkan sistem lubang biasanya dibuat dengan
jarak tanam 1 m x 1 m dan kedalaman 60 cm. Cara lubang hanya dilakukan
pada penanaman di pekarangan.
Gambar 3. a. Penanaman stek ubikayu mukibat pada kenongan, b. Cara guludan memanjang.
Hasil
percobaan di KP Genteng menunjukkan bahwa dengan cara sambung Mukibat,
klon Adira-4, UJ-5, Kaspro dan lokal Dampit dapat mencapai hasil 90,4 t –
99,67 t/ha, sedangkan dengan cara biasa menghasilkan 54,3 t – 61,87
t/ha. Rata-rata kadar pati pada cara Mukibat lebih rendah dibandingkan
cara biasa yaitu 20,8% dan 22,5%. Sedangkan kadar air umbi dan kadar HCN
pada cara Mukibat cenderung lebih tinggi dibandingkan cara biasa. Kadar
bahan kering dan kadar gula total relatif sama antara ubikayu sambung
maupun ubikayu biasa.
Disarikan
oleh Didik Sucahyono dari: Budhi Santoso Radjit, Nila Prasetiaswati,
dan Erliana Ginting. 2010. Potensi Peningkatan Hasil Ubikayu melalui
Sistim Sambung (Mukibat). Iptek Tanaman Pangan, 5 (2) 2010:197-209. Balitkabi online.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar