Rabu, 05 Juni 2013

Buah Naga


Sebagian kalangan menyebutnya buah ini dengan nama Buah Dewa. Hingga saat ini di butuhkan akan buah Naga Indonesia cukup besar dan bukan hanya pasar lokal saja yang ingin mencicipi kedahsyatan buah yang stu ini. Peluang Ekspor juga tidak kalah besarnya, Namun kebutuhan yang besar tersebut belum mampu di penuhi oleh produksi dalam negri asalny (Taiwan) Apalagi kondisi dalam negri Indonesia cukup sulit memenuhi peluang Pasar ini, Karena hal-hal yang berhubungan dengan iklim investasi yang cenderung lesu. Tetapi melihat segi potensi Wialyah lahan pertanian yang luas dan subur,Sangat besar kemungkinannya untuk mengembangkan tanaman jenis ini.
Buah Naga telah lama dikenal oleh rakyat Tionghoa kuno sebagai buah yang membawa berkah. karena biasanya buah naga diletakkan diantara patung naga di altar.
Oleh karena itu orang Vietnam menyebut buah naga atau dalam bahasa Vietnam disebut dengan nama Thang Loy di Thailand diberi nama Keaw Mang Kheon, dalam istiiah Inggris diberi nama DRAGON FRUIT clan di Indonesia dikenal dengan nama BUM NAGA Sebenarnya tanaman ini bukan tanaman asil daratan Asia, tetapi merupakan tanaman ask Meksiko clan Amerika Selatan bagian utara ( Colombia ). Pada awainya buah naga ini dibawa kekawasan Indocina ( Vietnam ) oleh seorang Perancis sekitar tahun 1870. dari Guyama Amerika Selatan sebagai hiasan sebab sosoknya yang unik dan bunganya yang cantik dan berwarna putih. Baru sekitar tahun 1980 setelah dibawa ke Okinawa Jepang tanaman ini mendunia karena sangat menguntungkan. Pada tahun 1977 buah ini dibawa ke Indonesia clan berhasil disemaikan kemudian dibudidayakan. Buah naga kaya akan vitamin dan mineral dengan kandungan serat cukup banyak sehingga cocok untuk diet.
Tingginya permintaan buah naga ini di sebabkan oleh promosi yang menyebutnya sebagai buah meja (Sangat Menarik dan Menggiurkan bila di sajikan di meja makan) Berkhasiat mujarab untuk berbagai penyakit dan bermanfaat sebagai bahan baku di bidang industri pengolahan Makanan, Minuman, Kosmetik serta produk kesehatan. Berpedoman kepada kondisi petani yang sebagian besar kurang mampu berinvestasi di bidang ini (Mahalnya bibit dan perlengkapan yang harus di sediakan). Merupakan salah satu motivasi bagi pemilik modal untuk bekerja sama dengan kelompok Tani dalam pembudidayaan Komoditas ini. Keadan lain yang mendukung adalh tersedianya lahan yang potensial dan tenaga ahli dalam pembudidayaan jenis Tanaman ini.
CIRI BUAH NAGA
Buah naga (Dragon Fruit atau Hylocereus Undatus) masih termasuk komoditi langka di indonesia. Buah yang beasal dari Taiwan ini memiliki bentuk yang sangat unik dan cukup memikat untuk di lihat. Bentuk fisiknya mirip dengan buah nanas hanya saja buah ini memiliki sulur /jumbai di sekujur kulitnya dan buah ini berwarna merah jambu (Pink) dengan daging buah berbagai jenis antara lain berwarna Putih, Kuning dan Merah dengan biji kecil berwarna hitam yang sangat lembut dan lunak. Rasa buah tergantung jenis warna daging buah itu, Bila warna merah cenderung manis dan legit dengan perpaduan rasa yang sangat khas.
Warna putih rasanya manisdan segar sedangkan kuning perpaduan antara ke dua warna di atas. Bentuk tanaman hampir mirip dengan pohon kaktus berupa sulur-sulur yang memanjang seperti lidah naga yang menjulur. Berat rata-rata + 600 s.d 800 Gram.
KHASIAT BUAH NAGA
* Penyeimbang kadar gula darah.
* Membersihkan darah.
* Menguatkan ginajal.
* Menyehatkan lever.
* Perawatan kecantikan.
* Menguatkan daya kerja otak.
* Meningkatkan ketajaman Mata.
* Mengurangi keluhan panas dalam dan sariawan.
* Mensatbilkan Tekanan Darah.
* Mengurangi Keluhan Keputihan.
* Mengurangi Kolesterol dan mencegah Kanker usus.
* Mencegah Sembelit dan Memperlancar Feses.
PENANAMAN BUAH NAGA
1. Persyaratan tanam: Tidak berpengaruh terhadap kualitas tanah, Jenis apa saja dapat di lakukan penanaman. Membutuhkan penyinaran penuh. Daerah tropis cocok untuk Tanaman ini.
2. Penanaman sebaiknya di gunakan parit untuk saluran drainase di areal kebun.Dan gunakan ajir/tiang penyangga tanaman kaktus berukuran 10cm x 10cm x 150cm.Tiang penyangga ini biasa terbuat dari kayu atau beton yang di tancapkan ke tanah sedalam 50cm dengan jarak tanam 2,5 x 3cm.
3. Jarak tanam bibit yang baik adalah 2,5 x 2 meter dan tiap tiang penyangga di tanami 4 bibit tanaman,Jadi untuk 1Ha membutuhkan 2000 tiang penyangga dan 8000 bibit tanaman buah naga.
4. Pemeliharaan tanaman meliputi,Perawatan sulur tanaman agar terhindar dari luka,pengecekan rutin kondisi keasamn tanah,dll.
5. Panen tanaman akan berbunga pada umur 1,5-2 tahun dan dapat di panen saat mencapai umur 30 hari setelah bunga mekar.Tanaman buah naga akan berbuah terus menerus hingga + 10 tahun.


Baca Juga :

Selasa, 04 Juni 2013

Mengenal Tanaman Adas


Tanaman Adas adalah tanaman herba tahunan dari familii Umbelliferae dan genus Foeniculum. Tanaman ini berasal dari Eropa Selatan dan daerah Mediterania, yang kemudian menyebar cukup luas di berbagai negara seperti Cina, Meksiko, India, Itali, Indian, dan termasuk negara Indonesia. Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan berbagai nama antara lain das pedas (Aceh), adas (Minangkabau), hades (Sunda), adas landa, adas landi, adas welanda (Jawa), adhas (Madura), papang, pampas (Manado), papas (alfuru), denggu-denggu (Gorontalo), papaato (Buol), porotomo (Baree), adasa rempasu (Makassar), adase (Bugis), Kumpasi (Sangir Talaud), adas (Bali), dan wala wunga (Sumba). 
Di Indonesia dikenal dua jenis adas yang termasuk ke dalam famili Umbelliferae, yaitu adas (Foeniculum vulgare Mill.) dan adas sowa (Anetum graveolens Linn.). Kedua jenis ini telah banyak dibudidayakan di Indonesia, terutama adas (F. vulgare Mill.) Tanaman ini merupakan tanaman herba tahunan yang dapat hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut (dpl), namun akan tumbuh lebih baik pada dataran tinggi. Umumnya ditanam dan tumbuh baik didaerah pegunungan, seperti di Gunung Tengger pada ketinggian 500 m dpl., disekitar Gunung Merapi dan Gunung Merbabu pada ketinggian 900 m dpl. 

Terna berumur panjang, tinggi 50 cm - 2 m, tumbuh merumpun. Satu rumpun biasanya terdiri dari 3 - 5 batang. Batang berbentuk galah dengan alur sejajar, bercabang banyak sampai mencapai puncak, pada daun yang lebih tua ruas beralur. Warna batang hijau kebiru-biruan, bila memar baunya wangi. Daun tersebar, membagi lebih dari satu campuran, berpelepah, daun bagian bawah lebih besar, pelepah daun berbentuk silinder terbuka, pada dasar ruasnya berpelukan, dengan panjang 2-15 cm. pelepah lebih besar dan berdaging pada adas Florence, tepi daun dengan membran tidak hijau, kering dan tipis, tangkai daun hampir silindrik, 0-10 cm lebih panjang dari pada pelepah, beralur sejajar; daun berbentuk segitiga, sampai 30cm x 50 cm, terbagi menyirip 2-6 yang bercabang seperti filament, runcing, hijau sampai biru panjang 1-14 cm; salah satu anak daun utama bernomor ganjil 3-19. Letak daun berseling, majemuk menyirip ganda dua dengan sirip-sirip yang sempit, bentuknya seperti jarum, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, berseludang warna putih, seludang berselaput dengan bagian atasnya berbentuk topi. 

Perbungaan tersusun sebagai bunga payung majemuk dengan 6 - 40 gagang bunga, panjang ibu gagang bunga 5 - 10 cm, panjang gagang bunga 2 - 5 mm, mahkota berwarna kuning, keluar dari ujung batang. Buah lonjong, berusuk, panjang 6 - 10 mm, lebar 3 - 4 mm, pada saat masih muda berwarna hijau setelah tua cokelat agak hijau atau cokelat agak kuning sampai sepenuhnya cokelat. Namun, warna buahnya ini berbeda-beda tergantung negara asalnya. Buah masak mempunyai bau khas aromatik, bila dicicipi rasanya seperti kamfer.

Tanaman adas mempunyai banyak kegunaan mulai dari akar, daun, batang dan bijinya. Minyak adas banyak digunakan untuk obat-obatan, bumbu masak, pewangi dalam sabun, detergen, susu dan parfum. Di Gunung Tengger adas digunakan untuk mengolah berbagai masakan. Potongan batang dipakai sebagai penyedap rasa. Buah adas di Eropa dipakai untuk mengolah kue kering atau dicampur dalam minuman.

Buah adas sering dipakai sebagai unsur pokok bumbu kari. Adas di Jawa pertama kali digunakan sebagai obat terapi juga sebagai bumbu atau rempah. Adas dapat juga dimakan sebagai lalapan, untuk bumbu asinan dan acar.

Semua bagian tanaman mengandung minyak atsiri, yang dapat digunakan sebagai penyedap pada sabun,kosmetik,susu pembersih dan air pembersih,dan parfum mewah. Minyak adas pahit dan adas manis diijinkan digunakan dalam wangi-wangian, dengan tingkat maksimum 0,4%. Minyak adas pahit digunakan secara luas dan utamanya pada kosmetik. Sisa buah setelah penyulingan minyak atsiri dapat dijadikan makanan ternak. 

Tanaman adas lebih suka tumbuh pada lokasi yang mendapatkan cahaya dan tumbuh baik pada daerah beriklim sejuk. Adas tumbuh subur pada tanah tidak asam, tanah lempung dengan aliran air baik dan tahan terhadap pH tanah antara 6,3 dan 8,3 dan sangat sensitif terhadap garam. Budidaya penanaman adas relatif mudah. Tanah yang subur dan mengandung kapur baik untuk budidaya tanaman ini. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan biji atau anakan. Biji ditebar langsung di kebun dalam barisan dengan jarak tanam 50 cm atau disemaikan lebih dulu. Kebutuhan biji tiap hektar diperlukan kurang lebih 4 kg biji.

Pemeliharaan tanaman relatif mudah, karena biasanya bibit akan tumbuh baik tanpa pemeliharaan khusus. Pemeliharaan dengan menyiang, membuang daun tua, mengendalikan hama, dan memangkas tanaman pada tiap akhir masa panen. Panen dilakukan pada waktu buah hampir masak, yaitu buah sudah cukup keras dan warnanya abu kehijauan. Panen dengan memotong batang tanaman. Setelah panen buah dijemur kurang lebih 4-5 hari hingga kering; kemudian buah dipisahkan dari tangkainya, dengan jalan memukul-mukul batangnya atau disisir hingga buahnya lepas. Buah dikumpulkan dan ditampi. Produksi antara 300-1200 kg buah kering tiap hektar. Bila tempat tumbuhnya memenuhi syarat dapat mencapai hasil sampai 1600 kg tiap hektarnya. (shalimar) Sumber:Tantangan Pengembangan dan Fakta Jenis Tanaman Rempah, Prosea Indonesia, 2001. 

Senin, 03 Juni 2013

Budidaya Parkit


Budidaya burung parkit tidaklah terlalu susah. Asalkan mengetahui tahapan-tahapan berikut maka tingkat keberhasilannya semakin tinggi. Umumnya karena cara pembudidayaan selakukan secara apa adanya sehingga hasilnya kurang memuaskan.
Yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan budidaya adalah sebagai berikut:
  1. Perencanaan kualitas atau kuantitas hasil produksi burung parkit. Bila yang ditarget adalah kualitas maka perjodohan perlu seleksi khusus dari peternak burung parkit. Karena untuk mendapatkan pasangan burung parkit yang sudah serasi ini gampang-gampang susah. Biasanya mereka pilih-pilih pasangan. Nah kalau kita yang memilihkan disinilah dituntut kesabaran. Kadang yang kita pasangkan tidak mau akur. Bila yang ditarget adalah kuantitas maka itu bisa diabaikan dengan cara membiarkan parkit memilih pasangannya sendiri di kandang perjodohan masal.
  2. Perhatikan umur parkit yang akan diternakan. Umur parkit yang sudah matang kelamin sekitar 90 hari. Jadi pemilihan umur parkit usia produktif sangat menentukan juga bagi keberhasilan budidaya burung parkit ini.
  3. Seleksi sexing (penentuan jenis kelamin parkit). Pernah ada seorang yang menjodohkan parkit yang disangka satu pasangan (jantan dan betina) karena beli di pasar burung dan pesan ke pedagang burung parkit "beli satu pasang". Tetapi ternyata hingga sekian lama tidak menunjukan pasangan parkit tersebut berjodoh, apalagi bertelur atau berkembang biak. Usut punya usut ternyata pasangan parkit yang dibelinya sama-sama jantan. Sepintas burung parkit dari postur antara jantan dan betina hampir sama. Tetapi yang bisa membedakan jelas bila parkit sudah dewasa adalah warna kebiruan pada tonjolan hidung burung parkit jantan. sedang betina cenderung berwarna semu putih.
  4. Ukuran kandang harus disesuaikan dengan populasi pasangan parkit bila di lakukan secara penangkaran masal. Kelebihan sistim ini adalah biaya kandang jauh lebih murah dan praktis. Sedangkan kelemahannya adalah apabila salah satu burung sakit maka akan mudah menular kepada parkit yang lain. Sehingga terjadi kematian masal. Kotak bertelur untuk parkit umumnya terbuat dari kayu randu disamping murah dan ringan. Ukuran L15 x P15 x T25 cm. Pintu keluar masuk parkit dibuat lubang diameter 5 cm dan dari samping atau belakang diberi pintu pemeriksaan (tergantung kebutuhan)
  5. Pemilihan jenis pakan juga harus diperhatikan. Usahakan beli pakan yang benar-benar 'berisi'. Ada kalanya di penjual pakan menjual stok dagangan yang terlalu lama sehingga banyak isi bijian tersebut kosong/kopong. Jadi pilih biji-bijian yang berbobot agar bisa memberi nutrisi yang cukup untuk burung parkit. Extra fooding berupa kecamba ,jagung muda ataupun sayuran juga bisa diberikan.
  6. Grid/Asinan atau batuan meniral juga perlu disediakan untuk membantu pencernaan burung parkit. Asinan bisa di dapat dari tumbukan batu bata merah, genteng ataupun kulit sotong.
  7. Kesehatan burung parkit juga akan berpengaruh pada perkembangbiakan.
  8. Jangan lupa kebersihan kadang/sangkar tidak kalah penting.
Yang jelas budidaya parkit bukan sekedar hobby atau hiburan, tapi juga bisa menambah penghasilan. Konon mantan presiden Soeharto juga pernah budidaya jenis burung ini untuk menambah penghasilan keluarganya.