Senin, 04 Juni 2012

ANALISA USAHA SAPI POTONG

By : Adi Kusyuliono, SPt

Pembangunan sub sektor peternakan merupakan  bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, dan kesempatan kerja serta memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, Seiring dengan  majunya  pengetahuan masyarakat tentang gizi, maka permintaan terhadap makanan yang bermutu dan bergizi semakain meningkat, begitu juga terhadap permintaan akan daging, telur, dan susu yang merupakan sumber protein hewani yang umum tersedia di masyarakat.

Permintaan akan daging dari tahun ketahun terus meningkat,. hal ini harus diimbangi dengan peningkatan populasi ternak sapi potong dan ayam, apabila peningkatan populasi ternak sapi potong dan  ayam tidak dilakukan, dikhawatirkan pada suatu saat nanti akan terjadi kekurangan daging atau bahkan kekosongan dalam penyediaan daging sapid an daging ayam.
Peningkatan populasi ternak tanpa diikuti dengan pemeliharan dan penanganan yang baik terhadap ternak yang bersangkutan, akan memberikan hasil yang kurang memuaskan, Disamping itu bagi para peternak perlu adanya suatu perhitungan / analisa yang matang dalam berusaha sapi potong, agar  tidak merugi, tapi justru harus mendapatkn keuntungan yang layak .sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidupnya.
Dalam menganalisa suatu usaha kita perlu mengetahui beberapa hal yang terkait dengan analisa usaha, antara lain :
1.     Biaya usaha
2.    Pendapatan usaha
3.    Kelayakan usaha
4.    Titik Pulang Pokok / Titik Impas ( BEP)
I. BIAYA USAHA
Pengertian biaya usaha dan cara menghitungnya.
         Biaya usaha adalah semua korbanan ekonomis yang dinilai dengan uang untuk menghasilkan suatu produk.
         Apabila jenis usahanya sapi potong,  maka biayanya meliputi :
a.    Biaya bibit, pakan dan obat-obatan serta vitamin
b.    Upah tenaga kerja
c.    Bunga modal
d.    Biaya peralatan dan kandang
e.    Biaya tanah ( sewa tanah, pajak dll)
f.     Biaya tanah ( sewa tanah, pajak dll)
g.    Biaya lainnya
Pada dasarnya dari macam – macam biaya tersebut diatas dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
Biaya tetap atau fixced cost adalah semua biaya yang selalu harus dikeluarkan, walaupun usaha tersebut sedang tidak berproduksi, dan besarnya biaya ini juga tidak tergantung pada besarnya produksi.
Biaya tetap terdiri dari :
1.    Biaya penyusutan kandang dan peralatan
2.    Biaya sewa tanah / tempat usaha
3.    Bunga modal, dll
Biaya tidak tetap atau variable cost adalah semua biaya yang harus dikeluarkan yang jumlahnya tergantung pada besarnya produksi yang diinginkan. Biaya tidak tetap terdiri dari :
1.    Biaya bibit,  pakan, obat-obatan, vitamin, mineral
2.    Upah tenaga kerja
3.    Biaya lainnya
Biaya Penyusutan adalah niali penyusutan bangunan/ kandang/peralatan yang mempunyai waktu ekonomis lebih dari 1 tahun yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi.
Misal : Penyusutan Kandang
                                                 Nilai awal  -  Nilai akhir
Biaya Penyusutan = ------------------------------------
                                                  Waktu ekonomis (dalam tahun )
II. PENDAPATAN USAHA
1.    Pendapatan Usaha ( income) dihitung dengan mengurangi penerimaan usaha dengan biaya usaha. Jadi nilai uang dari penerimaan yang tersisa setelah dikurangi seluruh biaya usaha suatu proses produksi.
Pendapatan Usaha = Penerimaan Usaha  - Total biaya usaha

2.    Penerimaan Usaha ( Revenue) adalah nilai uang dari seluruh produk usaha. Menghitung penerimaan usaha dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah natura produk yang diperoleh dari suatu usaha dengan harga per satuan produk.
Penerimaan Usaha (R) = Jumlah natura produk (Q) x harga per satuan produk ( Price)

III. KELAYAKAN USAHA
1.    Ukuran efisiensi usaha.
Besarnya pendapatan usaha akan menjadi ukuran ekonomis atau tidaknya usaha tersebut dijalankan.
Apabila pendapatan usaha negatif artinya niali uang korbanan ekonomis untuk menghasilkan suatu produk lebih besar dari pada nilai uang dari produk yang dihasilkan, maka usaha tersebut tidak ekonomis, sebaliknya apabila pendapatan usaha positif, maka usaha tersebut sudah dijalankan secara ekonomis, artinya sudah mengikuti kaidah ekonomi yaitu ” dengan pengorbanan sekecil-kecilnya akan mendapatkan hasil tertentu atau dengan pengorbanan tertentu akan mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya” 
Semakin besar angka pendapatan usaha maka akan semakin tinggi efisiensi usaha itu telah dijalankan.

2.    Kelayakan Usaha
Untuk menghitung kelayakan usaha dipergunakan ratio penerimaan usaha dibagi dengan biaya tidak tetap ( biaya variable )
         
Kelayakan Usaha = Penerimaan Usaha / Biaya variable

Usaha dikatakan layak, apabila ratio penerimanan usaha dan biaya variable lebih dari 1,3, sebenarnya ratio 1 sudah menggambarkan bahwa : setiap Rp. 1,-  uang masuk akan keluar Rp. 1,- juga.
Batas angka kelayakan usaha adalah minimal 1,3, angka 0,3 adalah  kompensasi untuk bunga modal dan resiko usaha.   
Batas angka kelayakan usaha adalah minimal 1,3

IV. TITIK PULANG POKOK / BEP
               Dengan menghitung besarnya TPP kita akan dapat menentukan jumlah produk minimal agar usaha kita masih menguntungkan dan berapa tahun  uang modal kita akan kembali.
 

ANALISA USAHA SAPI POTONG

I. Biaya Tetap.
               a. Kandang                                     = Rp 4.000.000,- ( jue. 10 th)
               b. Penyusutan kandang                  = Rp      50.000,- (4.000.000/10/2=200.000/4 ek)
               c. Peralatan                                     = Rp      75.000,-
               d. Penyusutan alat                          = Rp        9.375,- (75.000 / 2 / 4 ek )
               e. Sewa tanah                                 = Rp               0,-
               f. Bunga modal ( 4.075.000x 6 %)        = Rp.    244.500,- +
Total Biaya Tetap                                            = Rp      303.875,-

II. Biaya Tidak Tetap
               a. Sapi  ( 200 kg x Rp. 23.000 )                = Rp . .4.600.000,-
               b, HMT( 25 x Rp. 200 x 180 )                   = Rp .     900.000,-
               c. Konsentrat ( 2.5 x 1200 x 180 )           = Rp .     540.000,-
               d. Obat-obatan, vitamin dll              = Rp .       20.000,-
               e, Tenaga kerja ( Rp.50.000 x 6 bl )        = Rp .     300.000,-
Total Biaya Tidak Tetap                                  = Rp   6.360.000,-

III. Total Biaya                                                 = Rp .303.875,-  + Rp 6.360.000,-
                                                                      = Rp 6.663.875,-.

IV. Penerimaan Usaha (pejualan sapi, kotoran) = Rp. 8.112.000,-
       ( 0.8 x 180 = 144 kg + 200 kg = 344 x Rp. 23.000,- = Rp. 7.912.000  + Rp. 200.000,- )

V. Pendapatan Usaha                                    = Rp. 8.112.000,- Rp. 6.663.875,-
                                                                      = Rp 1.448.125,-

 
Daftar Pustaka.
Anonimous.1999. Analisa Usaha Agribisnis. BPPP, Deptan Jakarta
Anonimous, 2007. Manajemen Agribisnis, STPP Malang
Ichsan,M.1997. Studi Kelayakan Usaha. Citra Media Karya Dua Bangsa Surabaya
Soekartawi,2002.  Analisa Usahatani,Universitas Indonesia. Jakarta

4 komentar:

Setiono mengatakan...

dg analisis usahatani smg peternak pinter menyisihkan nilai pemupukan modal.

DKPP Kab Kediri mengatakan...

terima kasih Pak Setiono, semoga petani - peternak Indonesia bisa mengelola usahanya seoptimal mungkin

Setiono mengatakan...

SEMOGA & SEMOGA SESUAI HARAPAN DG PENDAMPINGAN2 INTENSIF

DKPP Kab Kediri mengatakan...

AMIN. SEMOGA TUHAN MENGABULKAN.