Rabu, 15 Oktober 2014

Penyakit Potong Leher Dapat Turunkan Panen Padi sampai 70%



Penyakit potong leher atau blas (Pyricularia grisea), semula hanya menjadi masalah pada tanaman padi gogo, tetapi saat ini juga menjadi masalah pada padi sawah. Sudah diketahui pula varietas-varietas unggul baru (VUB) pun ternyata tidak luput dari serangannya. Jika penyakit blas menyerang menjelang panen, dapat menurunkan hasil sampai 70%.
Penyakit blas menginfeksi tanaman padi pada fase vegetatif dan generatif. Pada fase vegetatif, P. grisea  menginfeksi daun disebut blas daun (“leaf blast”). Gejalanya, berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya mempunyai tepi coklat atau coklat kemerahan.
Serangan pada fase generatif, P. grisea  menginfeksi leher malai yang disebut blas leher (“neck blast”). Akibatnya, ujung tangkai malai menjadi busuk, mudah patah dan gabah hampa. Berdasarkan gejala ini, penyakit blas pada fase generatif lebih dikenal dengan nama potong leher atau busuk leher (“neck rot”) atau penyakit busuk pangkal malai. Penyakit blas pada fase generatif (potong leher) lebih merugikan daripada blas daun (fase vegetatif).
Perkembangan penyakit blas dipicu oleh penanaman varietas padi yang peka, jarak tanam rapat dan pemupukan N tinggi tanpa diimbangi dengan P dan K. Selain itu, penyakit blas tergolong seed born disease (penyakit terbawa biji/benih). Artinya, bila benih dari tanaman terserang patogen blas ditanam, maka tanaman padi yang tumbuh dari benih tersebut sudah membawa patogen blas. Memperhatikan fakta ini, direkomendasikan pengendalian penyakit blas sebagai berikut:
1. Tanam benih sehat. Benih sehat adalah benih yang tidak membawa patogen blas. Benih ini berasal dari tanaman yang tidak terserang patogen blas (tidak bergejala blas, baik daun maupun pangkal malai). Benih sehat juga dapat diperoleh dengan perlakuan benih menggunakan fungisida sistemik seperti Pyroquilon dengan takaran 8 g/kg benih.  Fungisida lain  untuk perlakuan benih adalah Tricyclazole dan Benomyl-T
2. Tanam varietas tahan. Inpari 4, 11, 14 dan Inpari Sidenuk tahan/toleran terhadap penyakit potong leher. Penggunaan VUB ini menurunkan infeksi penyakit potong leher 46-94%, tergantung VUB yang digunakan.
3. Tanam cara jajar legowo. Dengan tanam jajar legowo, kelembaban di pertanaman padi tidak tinggi, dapat menghambat perkembangan penyakit blas.
4. Pemupukan NPK sesuai kandungan hara tanah. Dengan pemupukan NPK sesuai kandungan hara tanah, kebutuhan unsur hara tanaman padi dapat dipenuhi sehingga tanaman padi tumbuh optimal dan dapat mempertahankan diri dari gangguan penyakit blas.
5. Menyemprot tanaman padi dengan fungisida. Fungisida Tricyclazole efektif mengendalikan penyakit blas leher bila disemprotkan pada saat bunting dan berbunga. Fungisida-fungisida lain yang juga efektif adalah Edifenphos, Tetrachlorophthalide, Kasugamycyn, IBP, Isoprotionalane, Thiophanate methyl dan Benomyl + mancozeb.

Para petani padi perlu mewaspadai terutama dua hal. Pertama, masih tingginya curah hujan di musim kemarau tahun ini yang dapat memicu perkembangan penyakit blas. Kedua, ditengara berpindahnya serangan blas dari lahan padi gogo ke padi sawah karena 40% petani masih menggunakan benih hasil panen yang lalu, termasuk dari padi gogonya. (MCM)

Tidak ada komentar: