Diintisarikan Oleh ; Agus Hermawan (PPL BP3K Sukasari-Subang)
Peternakan domba di Kabupaten Sukabumi sampai saat ini, umumnya belum ada yang berbentuk usaha komersial (perusahaan), seperti halnya usaha ternak ayam dan sapi. Di negara-negara yang telah maju, seperti Amerika serikat dan Australia usaha ternak ini telah berkembang menjadi usaha-usaha peternakan yang komersial. Usaha peternakan domba di Kecamatan Ciambar pada umumnya masih dilaksanakan secara tradisional, dimana jumlah ternak domba yang dipelihara berkisar antara 2-3 ekor saja. Usaha-usaha ini ditujukan sebagai usaha sambilan untuk memanfaatkan waktu luang setelah kegiatan usaha tani tanaman pangan. Sedangkan tujuan lainnya adalah sebagai sumber pupuk kandang dan sebagai tabungan atau simpanan modal bagi para petani.
Padahal jika usaha peternakan domba ini dikelola dengan baik dan benar akan meningkatkan pendapatan petani beserta keluarganya. Seiring dengan peningkatan penduduk dan kebutuhan akan gizi keluarga, maka permintaan ternak domba sebagai penghasil daging (protein hewani) meningkat pula. Hal tersebut merupakan peluang usaha yang perlu dikembangkan di masyarakat/petani.
Dalam rangka peningkatan peranan ternak domba sebagai penghasil daging di Kabupaten Sukabumi khususnya di Kecamatan Ciambar, maka disusunlah media penyuluhan pertanian ini dengan harapan agar pengetahuan, keterampilan dan motivasi petani ternak domba dapat lebih ditingkatkan dalam mengembangkan dan melaksanakan kegiatan usaha peternakan domba.
I. JENIS DOMBA
Jenis domba yang banyak dipelihara oleh petani ternak di kecamatan ciambar adalah Domba asli dan Domba garut.
A. Domba Asli
Domba asli atau di sebut juga domba local merupakan domba asli Indonesia dan terdapat disemua daerah di Jawa Barat, termasuk di kecamatan ciambar.
Domba ini sangat kecil, lambat dewasa, baik warna maupun tanda-tandanya tidak seragam. Hasil dagingnya sedikit. Berat badan jantan rata-rata 10-20 kg, dan betina 10-15 kg.
Domba asli atau di sebut juga domba local merupakan domba asli Indonesia dan terdapat disemua daerah di Jawa Barat, termasuk di kecamatan ciambar.
Domba ini sangat kecil, lambat dewasa, baik warna maupun tanda-tandanya tidak seragam. Hasil dagingnya sedikit. Berat badan jantan rata-rata 10-20 kg, dan betina 10-15 kg.
B. Domba Garut
Domba ini di sebut juga domba Priangan. Menurut para ahli domba ini hasil persilangan segi tiga antara domba asli, domba merino dan domba ekor gemuk (kaapstat) dari Afrika selatan, hal ini perlu penelitian lebih lanjut. Domba tersebut di Jawa Barat terkenal dengan nama Domba Garut.
Domba Garut jantan bertanduk besar, melengkung ke belakang berbentuk spiral, pangkal tanduk kanan kiri hamper bersatu, sedangkan yang betina tidak bertanduk. Telinga baik jantan maupun yang betina panjangnya sedang dan terletak di belakang tanduk.
Berat badan jantan rata-rata 60-80 kg bobot hidup, sedangkan yang betina rata-rata 30-40 kg. Bulunya lebih halus bila dibandingkan dengan bulu domba lokal.
II. REPRODUKSI TERNAK DOMBA
A. Dewasa Kelamin
Anak domba mencapai dewasa kelamin pada umur 8-10 bulan. Hal ini tergantung pada :
• Bangsa Domba; bangsa domba yang kecil masak kelaminnya lebih cepat dari pada bangsa domba yang lebih besar.
• Keadaan Makanan; domba yang mendapatkan makanan dalam jumlah yang cukup dan kwalitasnya baik akan mencapai masak kelamin yang lebih cepat.
• Keadaan Sekeliling; domba-domba di daerah tropis masak kelaminnya lebih cepat di bandingkan dengan domba-domba di daerah sedang atau dingin.
Dewasa tubuh pada ternak domba akan di capai rata-rata pada umur 18-20 bulan, sehingga sebaiknya domba betina dikawinkan pada umur 15 bulan, sedangkan domba jantan dikawinkan pada umur 18 bulan.
A. Dewasa Kelamin
Anak domba mencapai dewasa kelamin pada umur 8-10 bulan. Hal ini tergantung pada :
• Bangsa Domba; bangsa domba yang kecil masak kelaminnya lebih cepat dari pada bangsa domba yang lebih besar.
• Keadaan Makanan; domba yang mendapatkan makanan dalam jumlah yang cukup dan kwalitasnya baik akan mencapai masak kelamin yang lebih cepat.
• Keadaan Sekeliling; domba-domba di daerah tropis masak kelaminnya lebih cepat di bandingkan dengan domba-domba di daerah sedang atau dingin.
Dewasa tubuh pada ternak domba akan di capai rata-rata pada umur 18-20 bulan, sehingga sebaiknya domba betina dikawinkan pada umur 15 bulan, sedangkan domba jantan dikawinkan pada umur 18 bulan.
B. Sifat Reproduksi
1. Lama birahi : 20-40 jam atau rata-rata 30 jam
2. Lingkaran birahi/jarak birahi : 15-20 hari atau rata-rata 17 hari
1. Lama birahi : 20-40 jam atau rata-rata 30 jam
2. Lingkaran birahi/jarak birahi : 15-20 hari atau rata-rata 17 hari
3. Tanda-tanda birahi:
• Domba gelisah dan ribut
• Nafsu makannya berkurang
• Mencoba menaiki domba lain
• Vulva (alat kelamin) betina membengkak dan ke merah-merahan
• Keluar cairan bening dari vulvanya.
4. Lama bunting 144-152 hari atau rata-rata 148 hari (dibulatkan ± 5 bulan).
III. PEMELIHARAAN
Pemeliharaan ternak domba, terdiri dari 2 (dua) kelompok pemeliharaan yaitu:
A. Perawatan Tetap
Memandikan domba, pembersihan kandang, mengatur pergerakan domba terutama bagi domba pejantan, pemberian makan dan minum.
A. Perawatan Tetap
Memandikan domba, pembersihan kandang, mengatur pergerakan domba terutama bagi domba pejantan, pemberian makan dan minum.
B. Perawatan Sewaktu-waktu
1. Perawatan Terhadap Induk Yang Sedang Bunting Tua
Induk domba yang sedang bunting tua ditempatkan di dalam kandang khusus yang dilengkapi dengan alas jerami kering. Disamping itu makanan yang diberikan harus lebih baik kualitasnya.
Adapun tanda-tanda kebuntingan pada domba ialah pada umumnya di mulai dengan tidak timbulnya masa birahi pada masa siklus birahi berikutnya. Tingkah lakunya berubah, domba menjadi tenang, napsu makan bertambah, badan keliahatan makin bertambah besar dan bulat, Pada 2/3 dari masa kebuntingan dapat di lihat pada pergerakan anak pada perut sebelah kanan yang dapat di lihat/diperhatikan pagi-pagi sebelum ternak di beri makan.
1. Perawatan Terhadap Induk Yang Sedang Bunting Tua
Induk domba yang sedang bunting tua ditempatkan di dalam kandang khusus yang dilengkapi dengan alas jerami kering. Disamping itu makanan yang diberikan harus lebih baik kualitasnya.
Adapun tanda-tanda kebuntingan pada domba ialah pada umumnya di mulai dengan tidak timbulnya masa birahi pada masa siklus birahi berikutnya. Tingkah lakunya berubah, domba menjadi tenang, napsu makan bertambah, badan keliahatan makin bertambah besar dan bulat, Pada 2/3 dari masa kebuntingan dapat di lihat pada pergerakan anak pada perut sebelah kanan yang dapat di lihat/diperhatikan pagi-pagi sebelum ternak di beri makan.
2. Kelahiran dan Pertolongannya
Tiap-tiap kebuntingan berakhir dengan kelahiran. Sebelum ternak domba betina melahirkan, maka terlebih dahulu ternak tersebut memperlihatkan tanda-tanda, sebagai berikut:
• Ambing membengkak dan kemerah-merahan
• Putting susu jika di pijit akan keluar cairan keputih-putihan
• Vulva (kemaluan) membengkak dan selaput lendirnya merah serta keluar lender yang agak lengket
• Perutnya menggantung dan kekemplong melegok
• Bila berdiri kaki selalu direntangkan, pangkal ekor diangkat tinggi.
Tiap-tiap kebuntingan berakhir dengan kelahiran. Sebelum ternak domba betina melahirkan, maka terlebih dahulu ternak tersebut memperlihatkan tanda-tanda, sebagai berikut:
• Ambing membengkak dan kemerah-merahan
• Putting susu jika di pijit akan keluar cairan keputih-putihan
• Vulva (kemaluan) membengkak dan selaput lendirnya merah serta keluar lender yang agak lengket
• Perutnya menggantung dan kekemplong melegok
• Bila berdiri kaki selalu direntangkan, pangkal ekor diangkat tinggi.
3. Perawatan Pada Anak Domba Yang baru Dilahirkan
• Membersihkan lendir dari lubang hidung dan mulut, supaya anak domba yang baru lahir dapat segera bernapas.
• Bila waktu lahir tali pusar yang belum putus dari placenta (tembuni) potong dahulu dengan gunting tajam dan telah disterilkan.
• Membersihkan lendir dari seluruh badan anak dengan lap sambil dilakukan pemijitan pada dinding rongga dada untuk merangsang penapasan.
• Setelah tali pusar di potong, olesi dengan jodium tincture. Dikampung biasanya digunakan kapur sirih atau abu dapur yang hangat.
• Membersihkan lendir dari lubang hidung dan mulut, supaya anak domba yang baru lahir dapat segera bernapas.
• Bila waktu lahir tali pusar yang belum putus dari placenta (tembuni) potong dahulu dengan gunting tajam dan telah disterilkan.
• Membersihkan lendir dari seluruh badan anak dengan lap sambil dilakukan pemijitan pada dinding rongga dada untuk merangsang penapasan.
• Setelah tali pusar di potong, olesi dengan jodium tincture. Dikampung biasanya digunakan kapur sirih atau abu dapur yang hangat.
4. Perawatan Pada Induk Domba Yang baru Melahirkan
• Bersihkan kaki belakang dan ekor dari kemungknan adanya kotoran/lender cairan pernapasan. Sebaiknya dengan air yang di campur disinfektan.
• Cuci ambingnya. Sebaiknya air hangat dan di campur dengan disinfektan yang tidak beracun.
• Awasi placenta yang mau jatuh/keluar setelah terjadi kelahiran supaya tidak terinjak. Bila menggantung agak panjang potong dan setelah keluar semua segera di ambil dan ditanam (kubur)
• Bersihkan kaki belakang dan ekor dari kemungknan adanya kotoran/lender cairan pernapasan. Sebaiknya dengan air yang di campur disinfektan.
• Cuci ambingnya. Sebaiknya air hangat dan di campur dengan disinfektan yang tidak beracun.
• Awasi placenta yang mau jatuh/keluar setelah terjadi kelahiran supaya tidak terinjak. Bila menggantung agak panjang potong dan setelah keluar semua segera di ambil dan ditanam (kubur)
5. Perawatan Kuku
Jika kuku domba dibiarkan saja, maka sering sekali pertumbuhan kuku ini akan mengganggu domba di waktu berjalan atau bergerak. Bahkan sering menjadi pangkal berjangkitnya penyakit kuku atau kelumpuhan.
Oleh karena itu, hendaknya pada waktu-waktu tertentu diadakan pemerksaan kuku dan jika perlu memotong kukunya dengan pisau. Selain itu jangan membiarkan domba berkeliaran di sawah-sawah atau tanah liat dan basah. Hal ini akan menyebabkan tersumbatnya celah-celah kuku sehingga mudah dijadikan sarang penyakit.
Jika kuku domba dibiarkan saja, maka sering sekali pertumbuhan kuku ini akan mengganggu domba di waktu berjalan atau bergerak. Bahkan sering menjadi pangkal berjangkitnya penyakit kuku atau kelumpuhan.
Oleh karena itu, hendaknya pada waktu-waktu tertentu diadakan pemerksaan kuku dan jika perlu memotong kukunya dengan pisau. Selain itu jangan membiarkan domba berkeliaran di sawah-sawah atau tanah liat dan basah. Hal ini akan menyebabkan tersumbatnya celah-celah kuku sehingga mudah dijadikan sarang penyakit.
6. Pencukuran Bulu
Pencukuran bulu ini penting dilakukan karena bulu domba yang terlalu panjang merupakan tempat baik untuk kutu-kutu. Pencukuran bulu pada domba pejantan sangat dianjurkan, terutama pada bulu-bulu disekitar perut bawah dan sekitar alat kelaminnya. Adapun manfaatnya adalah dapat memperbaiki kualitas sperma.
Pencukuran bulu ini penting dilakukan karena bulu domba yang terlalu panjang merupakan tempat baik untuk kutu-kutu. Pencukuran bulu pada domba pejantan sangat dianjurkan, terutama pada bulu-bulu disekitar perut bawah dan sekitar alat kelaminnya. Adapun manfaatnya adalah dapat memperbaiki kualitas sperma.
C. Mengawinkan Domba
Untuk mendapatkan produksi anak domba dalam pemeliharaan domba, maka domba-domba itu harus dikawinkan terlebih dahulu. Agar tujuan produksi tersebut tercapai, maka perlu diperhatikan waktu perkawinan.
Umumnya domba birahi tidak setiap waktu, jadi ada waktu-waktu tertentu yang biasanya tetap setiap bulan. Disamping itu, bila tidak sedang birahi domba betina tidak mau dikawini meskipun dipaksa. Oleh karena itu harus diketahui dulu tanda-tanda birahinya.
Untuk mendapatkan produksi anak domba dalam pemeliharaan domba, maka domba-domba itu harus dikawinkan terlebih dahulu. Agar tujuan produksi tersebut tercapai, maka perlu diperhatikan waktu perkawinan.
Umumnya domba birahi tidak setiap waktu, jadi ada waktu-waktu tertentu yang biasanya tetap setiap bulan. Disamping itu, bila tidak sedang birahi domba betina tidak mau dikawini meskipun dipaksa. Oleh karena itu harus diketahui dulu tanda-tanda birahinya.
Adapun tanda birahi ternak domba, sebagai berikut:
• Domba gelisah dan ribut
• Nafsu makannya berkurang
• Mencoba menaiki domba lain
• Vulva (alat kelamin) betina membengkak dan ke merah-merahan
• Keluar cairan bening dari vulvanya
Maka saat itulah domba betina sebaiknya dikawinkan supaya terjadi kebuntingan, sebab sekalipun dipaksa kalau domba betina tidak dalam keadaan birahi maka tidak akan terjadi kebuntingan. Hal ini sering dilakukan oleh para petani peternak yang tidak tahu. Akibatnya karena berkali-kali dikawinkan tidak bunting, dianggap domba itu mandul (majir), padahal sebetulnya bukan mandul akan tetapi dikawinkan tidak tepat pada waktu birahi.
Sebagai pegangan, waktu yang sebaiknya untuk mengawinkan domba-domba betina bila terjadi birahi adalah sebagai berikut:
• Domba gelisah dan ribut
• Nafsu makannya berkurang
• Mencoba menaiki domba lain
• Vulva (alat kelamin) betina membengkak dan ke merah-merahan
• Keluar cairan bening dari vulvanya
Maka saat itulah domba betina sebaiknya dikawinkan supaya terjadi kebuntingan, sebab sekalipun dipaksa kalau domba betina tidak dalam keadaan birahi maka tidak akan terjadi kebuntingan. Hal ini sering dilakukan oleh para petani peternak yang tidak tahu. Akibatnya karena berkali-kali dikawinkan tidak bunting, dianggap domba itu mandul (majir), padahal sebetulnya bukan mandul akan tetapi dikawinkan tidak tepat pada waktu birahi.
Sebagai pegangan, waktu yang sebaiknya untuk mengawinkan domba-domba betina bila terjadi birahi adalah sebagai berikut:
WAKTU BIRAHI SAAT MENGAWINKAN YANG BAIK TERLAMBAT
Pagi hari sampai jam 10.00 wib Siang sore itu juga sampai malam Besok pagi harinya
Siang hari sampai jam 15.00 wib Sore malam hari atau sampai dini hari Besok paginya
Malam hari atau sore hari Malam hari itu juga sampai esok paginya jam 8.00 wib. Besok paginya bila melebihi jam 8.00 wib
Pagi hari sampai jam 10.00 wib Siang sore itu juga sampai malam Besok pagi harinya
Siang hari sampai jam 15.00 wib Sore malam hari atau sampai dini hari Besok paginya
Malam hari atau sore hari Malam hari itu juga sampai esok paginya jam 8.00 wib. Besok paginya bila melebihi jam 8.00 wib
D. Penentuan Umur Domba
Untuk menentukan umur domba, yaitu dengan melihat giginya. Akan tetapi tentunya yang lebih tepat dengan melihat catatan kelahirannya.
Gigi ternak domba hanya terdapat di bagian rahang bawah, sedang rahang atas hanya merupakan bantalan yang keras untuk membantu memotong rumput.
Jumlah giginya terdapat 4 pasang atau 8 buah. Bentuk pada anak-anak domba kecil dan berwarna putih bersih, disebut gigi susu. Tetapi yang tengah diganti dengan gigi tetap. Pada umur 2 tahun, gigi pada masing sebelah luar dig anti dengan gigi tetap.
Pada umur 3 tahun, 2 buah gigi susu dig anti lagi dengan gigi tetap dan akhirnya pada umur 4 tahun semua gigi susu telah dig anti dengan gigi tetap. Gigi tetap ini nyata sekali terlihat, karena bentuknya lebih besar dan berwarna putih agak kotor, lain halnya dengan gigi susu warnanya lebih putih dan bersih serta bentuknya lebih kecil.
Kemudian bila lebih dari 4 tahun maka umur domba ditentukan dengan melihat dari bagian gigi yang habis tergesek. Bila seperempat (1/4) bagian gigi telah habis tergesek, maka domba tersebut telah berumur 5 tahun. Jika setengah (1/2) bagian telah habis maka domba telah berumur 6 tahun, tiga perempat (3/4) bagian habis tergesek maka umurnya telah 7 tahun dan bila telah tergesek habis, maka diperkirakan domba itu telah berumur 8 tahun.
Untuk menentukan umur domba, yaitu dengan melihat giginya. Akan tetapi tentunya yang lebih tepat dengan melihat catatan kelahirannya.
Gigi ternak domba hanya terdapat di bagian rahang bawah, sedang rahang atas hanya merupakan bantalan yang keras untuk membantu memotong rumput.
Jumlah giginya terdapat 4 pasang atau 8 buah. Bentuk pada anak-anak domba kecil dan berwarna putih bersih, disebut gigi susu. Tetapi yang tengah diganti dengan gigi tetap. Pada umur 2 tahun, gigi pada masing sebelah luar dig anti dengan gigi tetap.
Pada umur 3 tahun, 2 buah gigi susu dig anti lagi dengan gigi tetap dan akhirnya pada umur 4 tahun semua gigi susu telah dig anti dengan gigi tetap. Gigi tetap ini nyata sekali terlihat, karena bentuknya lebih besar dan berwarna putih agak kotor, lain halnya dengan gigi susu warnanya lebih putih dan bersih serta bentuknya lebih kecil.
Kemudian bila lebih dari 4 tahun maka umur domba ditentukan dengan melihat dari bagian gigi yang habis tergesek. Bila seperempat (1/4) bagian gigi telah habis tergesek, maka domba tersebut telah berumur 5 tahun. Jika setengah (1/2) bagian telah habis maka domba telah berumur 6 tahun, tiga perempat (3/4) bagian habis tergesek maka umurnya telah 7 tahun dan bila telah tergesek habis, maka diperkirakan domba itu telah berumur 8 tahun.
IV. KANDANG DAN PERALATAN
A. Kandang
1. Manfaat dan Fungsi Kandang
• Menjaga ternak domba dari kepanasan, kehujanan dan kedinginan
• Mempermudah pemeliharaan, pemberian makanan dan minuman
• Mempermudah bila mengadakan sleksi, vaksinasi dan pengontrolan terhadap domba-domba yang kena penyakit
• Kotoran menjadi terkumpul semua dan memudahkan pengangkutan
• Mempermudah perhitungan untung rugi pemeliharaan
• Menjaga ternak domba dari kepanasan, kehujanan dan kedinginan
• Mempermudah pemeliharaan, pemberian makanan dan minuman
• Mempermudah bila mengadakan sleksi, vaksinasi dan pengontrolan terhadap domba-domba yang kena penyakit
• Kotoran menjadi terkumpul semua dan memudahkan pengangkutan
• Mempermudah perhitungan untung rugi pemeliharaan
2. Lokasi Kandang
• Tempat tidak becek dan lembab
• Cukup mendapatkan sinar mata hari pagi dan sore
• Jauh dari tetangga (perumahan tetatangga maupun rumah peternak)
• Tempat tidak akan dipakai untuk lalu lintas masyarakat
• Mudah saluran pembuangan air kencing dan kotoran
• Tempat tidak becek dan lembab
• Cukup mendapatkan sinar mata hari pagi dan sore
• Jauh dari tetangga (perumahan tetatangga maupun rumah peternak)
• Tempat tidak akan dipakai untuk lalu lintas masyarakat
• Mudah saluran pembuangan air kencing dan kotoran
3. Bahan-bahan Kandang
Bahan yang akan di pakai untuk kandang bias bermacam-macam, seperti bambu atau kayu dengan atap dari jerami, seng, alang-alang atau genting. Jadi bahan yang akan digunakan tergantung:
• Kemampuan peternak
• Selera peternak
• Tersedianya bahan-bahan itu sendiri di tempat.
Bahan yang akan di pakai untuk kandang bias bermacam-macam, seperti bambu atau kayu dengan atap dari jerami, seng, alang-alang atau genting. Jadi bahan yang akan digunakan tergantung:
• Kemampuan peternak
• Selera peternak
• Tersedianya bahan-bahan itu sendiri di tempat.
4. Bentuk Kandang
Sesuai dengan bahan-bahan yang dipergunakan, maka untuk kandang ini dapat disesuaikan dengan bahan yang dapat dipergunakan, mulai dari bentuk yang sederhana sampai kepada bentuk yang lebih baik. Bentuk yang sederhana dapat di buat dari bamboo dengan atap ari rumbia dan lantai bias terbuat dari bamboo yang dianyam.
Kandang bila keadaan memungkinkan maka sebaiknya menghadap kea rah datangnya cahaya mata hari pagi. Adapun ukuran se ekor domba adalah:
• Domba betina dewasa : 1 x 1,2 m2
• Domba jantan dewasa : 1,2 x 1,4 m2
• Anak domba : ukuran kandang betina dewasa untu 2 ekor
Disamping itu harus diperhatikan pula, bahwa bahan-bahan yang dipakai untuk kandang pejantan harus lebih kuat dan besar untuk menjaga tidak rusak
Sesuai dengan bahan-bahan yang dipergunakan, maka untuk kandang ini dapat disesuaikan dengan bahan yang dapat dipergunakan, mulai dari bentuk yang sederhana sampai kepada bentuk yang lebih baik. Bentuk yang sederhana dapat di buat dari bamboo dengan atap ari rumbia dan lantai bias terbuat dari bamboo yang dianyam.
Kandang bila keadaan memungkinkan maka sebaiknya menghadap kea rah datangnya cahaya mata hari pagi. Adapun ukuran se ekor domba adalah:
• Domba betina dewasa : 1 x 1,2 m2
• Domba jantan dewasa : 1,2 x 1,4 m2
• Anak domba : ukuran kandang betina dewasa untu 2 ekor
Disamping itu harus diperhatikan pula, bahwa bahan-bahan yang dipakai untuk kandang pejantan harus lebih kuat dan besar untuk menjaga tidak rusak
Kandang berlantai papan atau bambu yang dianyam dan berlubang dengan jarak sekitar 2 cm, sehingga kotoran akan langsung jatuh kekolong. Keuntungan kandang berkolong, lantai selalu bersih, begitu pula keadaan dombanya akan bersih, kotoran tertampung sehingga mudah mengumpulkannya.
B. Peralatan Kandang
1. Tempat makanan (rumput) atau di sebut juga kokopan, di buat menempel pada sisi muka kandang dengan ukuran; Dasar 25 cm, tinggi atau dalam 50 cm, lebar atas 50 cm. Ruji-ruji tempat keluar masuknya kepala domba pada waktu makan 20-30 cm, jarak antara tempat makan dengan lantai setinggi 25 cm.
2. Tempat minum simpan di tepi kandang, terbuat dari tong kayu, ember plastic atau sumber dari bahan lain yang tidak mudah kena karat dan mudah dibersihkan.
3. Pintu kandang di buat cukup lebar dan tinggi, sehingga baik ternak maupun orang dapat keluar masuk dengan mudah.
4. Tangga kandang; Model kandang berkolong/panggung diperlukan tangga yang di buat miring dibubuhi alur-alur melintang supaya tidak licin dan domba tidak mudah tergelincir. Bisa juga di buat dari gedeg/anyaman bambu.
5. Tempat makanan/hijauan; Dibagian kandang sebelah luar di bawah atap perlu dibuatkan tempat menyimpan makanan/hijauan sebelum diberikan kepada domba.
6. Tempat kompos atau tempat penampungan kotoran pada kandang model panggung adalah berupa lubang memanjang di bawah kolong kandang, di buat cukup dalam agar dapat menampung kotoran lebih banyak. Apabila sudah penuh dapat diangkut untuk keperluan memupuk tanaman.
1. Tempat makanan (rumput) atau di sebut juga kokopan, di buat menempel pada sisi muka kandang dengan ukuran; Dasar 25 cm, tinggi atau dalam 50 cm, lebar atas 50 cm. Ruji-ruji tempat keluar masuknya kepala domba pada waktu makan 20-30 cm, jarak antara tempat makan dengan lantai setinggi 25 cm.
2. Tempat minum simpan di tepi kandang, terbuat dari tong kayu, ember plastic atau sumber dari bahan lain yang tidak mudah kena karat dan mudah dibersihkan.
3. Pintu kandang di buat cukup lebar dan tinggi, sehingga baik ternak maupun orang dapat keluar masuk dengan mudah.
4. Tangga kandang; Model kandang berkolong/panggung diperlukan tangga yang di buat miring dibubuhi alur-alur melintang supaya tidak licin dan domba tidak mudah tergelincir. Bisa juga di buat dari gedeg/anyaman bambu.
5. Tempat makanan/hijauan; Dibagian kandang sebelah luar di bawah atap perlu dibuatkan tempat menyimpan makanan/hijauan sebelum diberikan kepada domba.
6. Tempat kompos atau tempat penampungan kotoran pada kandang model panggung adalah berupa lubang memanjang di bawah kolong kandang, di buat cukup dalam agar dapat menampung kotoran lebih banyak. Apabila sudah penuh dapat diangkut untuk keperluan memupuk tanaman.
V. MAKANAN DOMBA
A. Manfaat Makanan
• Makanan merupakan faktor penting di dalam kelangsungan hidup ternak
• Kesalahan-kesalahan dalam pemberian makanan dapat menyebabkan terganggunya kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian
• Makanan yang tinggi mutunya dapat mempercepat pertumbuhan anak-anak domba dan memperbaiki kualitas daging dari domba yang akan di potong
• Makanan berpengaruh terhadap sistem reproduksi
B. Jenis Bahan Makanan
Bahan makanan yang diberikan pada ternak domba umumnya terdiri dari:
• Hijauan
• Makanan penguat (konsentrat)
Yang dimaksud makanan penguat adalah campuran dari berbagai bahan makanan seperti dedak halus, bungkil kelapa, jagung giling, ditandai dengan kadar serat kasar rendah (< 20%) akan tetapi protein relatif tinggi. Sebaiknya diberikan makanan hijauan dan makanan penguat dengan perbandingan : Hijauan 94% dan makanan penguat 6%.
Hijauan diberikan kepada ternak domba bias bermacam-macam seperti rumput lapangan, rumput gunung atau rumput yang khusus dipelihara untuk ternak domba, misalnya rumput BB (Brachiaria brizantha) dan rumput BD (Brachiaria decumbens) dan atau jenis kacang-kacangan sperti lamtoro, petai cina.
Bahan makanan yang diberikan pada ternak domba umumnya terdiri dari:
• Hijauan
• Makanan penguat (konsentrat)
Yang dimaksud makanan penguat adalah campuran dari berbagai bahan makanan seperti dedak halus, bungkil kelapa, jagung giling, ditandai dengan kadar serat kasar rendah (< 20%) akan tetapi protein relatif tinggi. Sebaiknya diberikan makanan hijauan dan makanan penguat dengan perbandingan : Hijauan 94% dan makanan penguat 6%.
Hijauan diberikan kepada ternak domba bias bermacam-macam seperti rumput lapangan, rumput gunung atau rumput yang khusus dipelihara untuk ternak domba, misalnya rumput BB (Brachiaria brizantha) dan rumput BD (Brachiaria decumbens) dan atau jenis kacang-kacangan sperti lamtoro, petai cina.
C. Jumlah dan Susunan Ransum
Sebaiknya ternak domba yang kita pelihara ini cukup kebutuhan sehari-harinya, maka ransom yang diberikan adalah sebagai berikut:
• Untuk betina dewasa tidak bunting dan digemukan
- Hijauan (dapat terdiri dari rumput-rumputan atau campuran dengan daun kacang-kacangan) sebanyak 6-8 kg
- Makanan penguat terdiri dari
Dedak halus = 1,5 bagian
Bungkil kelapa = 0,5 bagian
Diberikan 0,5-1 kg per hari dalam bentuk bubur
Sebaiknya ternak domba yang kita pelihara ini cukup kebutuhan sehari-harinya, maka ransom yang diberikan adalah sebagai berikut:
• Untuk betina dewasa tidak bunting dan digemukan
- Hijauan (dapat terdiri dari rumput-rumputan atau campuran dengan daun kacang-kacangan) sebanyak 6-8 kg
- Makanan penguat terdiri dari
Dedak halus = 1,5 bagian
Bungkil kelapa = 0,5 bagian
Diberikan 0,5-1 kg per hari dalam bentuk bubur
• Untuk pejantan dan betina bunting
- Hijauan (dapat terdiri dari rumput-rumputan atau campuran dengan kacang-kacangan) sebanyak 8-10 kg
- Makanan penguat terdiri dari
Dedak halus = 3 bagian
Bungkil kacang tanah = 2 bagian
Diberikan 0,5-1 kg per hari dalam bentuk bubur
- Hijauan (dapat terdiri dari rumput-rumputan atau campuran dengan kacang-kacangan) sebanyak 8-10 kg
- Makanan penguat terdiri dari
Dedak halus = 3 bagian
Bungkil kacang tanah = 2 bagian
Diberikan 0,5-1 kg per hari dalam bentuk bubur
• Untuk anak domba lepas di sapih
Pemberian ransom seperti domba betina dewasa tidak bunting. Ransum tersebut cukup untuk 2 ekor anak domba.
Pemberian ransom seperti domba betina dewasa tidak bunting. Ransum tersebut cukup untuk 2 ekor anak domba.
Makanan penguat harus selalu diberikan, terutama untuk:
• Domba betina yang sedang bunting
• Domba betina yang sedang menyusui
• Anak-anak domba yang digemukan
• Domba jantan yang sering dikawinkan
Frekwensi pemberian makanan bias bermacam-macam tergantung kepada kebiasaan peternak, ada yang 2 kali sehari atau 3 kali sehari. Pemberian makanan penguat harus diberikan dalam bentuk bubur, sehingga makanan itu tidak mengganggu pernapasan domba pada waktu memakannya.
• Domba betina yang sedang bunting
• Domba betina yang sedang menyusui
• Anak-anak domba yang digemukan
• Domba jantan yang sering dikawinkan
Frekwensi pemberian makanan bias bermacam-macam tergantung kepada kebiasaan peternak, ada yang 2 kali sehari atau 3 kali sehari. Pemberian makanan penguat harus diberikan dalam bentuk bubur, sehingga makanan itu tidak mengganggu pernapasan domba pada waktu memakannya.
VI. PENYAKIT DOMBA
Penyakit yang sering menyerang ternak domba, antara lain:
A. Penyakit Anthrax (radang limpa)
Penyebab : Sejenis kuman yang disebut Bacillus anthraxis
Spora tahan hidupnya sampai 20 tahun dalam tanah
Tanda-tanda :
• Napsu makan hilang
• Panas badan naik dan demam
• Sulit bernapas dan berak, terkadang mencret berdarah
• Kebengkakkan di bawah leher, dada, rusuk dan perut
• Ternak mati dengan tiba-tiba dan keluar darah dari lubang hidung, mulut dan lubang anus.
Pencegahan :
Vaksinasi anthrax yang teratur, minimal sekali dalam setahun, sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali
Vaksinasi anthrax yang teratur, minimal sekali dalam setahun, sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali
B. Penyakit Septichaenemia Epizootica (ngorok atau SE)
Penyebab : Sejenis bacteri yang disebut pasteurella multocida
Tanda-tanda :
• Timbul kebengkakkan di daerah tenggorokan dan di bawah rahang
• Panas badan naik
• Lidah bengkak dan menjulur keluar
• Mulut berbuih dan menganga terus
• Akibat tenggorokan bengkak, maka sulit bernapas dan suara ngorok
Pencegahan :
Vaksinasi dengan vaksin SE sebanyak 3 cc setahun dua kali.
Pengobatan :
Antibiotika – serum SE
Penyebab : Sejenis bacteri yang disebut pasteurella multocida
Tanda-tanda :
• Timbul kebengkakkan di daerah tenggorokan dan di bawah rahang
• Panas badan naik
• Lidah bengkak dan menjulur keluar
• Mulut berbuih dan menganga terus
• Akibat tenggorokan bengkak, maka sulit bernapas dan suara ngorok
Pencegahan :
Vaksinasi dengan vaksin SE sebanyak 3 cc setahun dua kali.
Pengobatan :
Antibiotika – serum SE
C. Penyakit Mulut dan Kuku (Apthae Epizootica atau AE)
Penyebab : sebangsa virus
Tanda-tanda :
• Timbul lepuh-lepuh pada selaput lender, bibir dalam dan gusi
• Panas badan naik
• Napsu makan berkurang
• Banyak keluar air liur
• Diantara kuku terjadi luka (borok) akibatnya hewan pincang dan bahkan tidak bias jalan.
Pencegahan :
Vaksinasi dengan vaksin AE tiap 6 bulan sekali
Pengobatan :
Luka-luka di cuci dengan decline dan kemudian di beri antibiotika.
Penyebab : sebangsa virus
Tanda-tanda :
• Timbul lepuh-lepuh pada selaput lender, bibir dalam dan gusi
• Panas badan naik
• Napsu makan berkurang
• Banyak keluar air liur
• Diantara kuku terjadi luka (borok) akibatnya hewan pincang dan bahkan tidak bias jalan.
Pencegahan :
Vaksinasi dengan vaksin AE tiap 6 bulan sekali
Pengobatan :
Luka-luka di cuci dengan decline dan kemudian di beri antibiotika.
D. Penyakit Cacing
Penyebab : cacing hati, cacing pita, cacing gelang/bulat
Tanda-tanda :
• Badan kurus
• Bulu kasar dan tidak mengkilat serta mudah rontok
• Mencret dan badannya lemah
• Banyak keluar air liur
Pencegahan :
• Kandang selalu kering
• Rumput yang diberikan jangan dari daerah yang becek atau dari lapangan penggembalaan umum
• Pemberian obat cacing dengan teratur
Pengobatan :
• Obat cacing egitol, tenoban, dan phenovis
• Buah pinang (jambe) yang cukup tua, di giling lalu diminumkan (dicekokkan) kepada domba. Tapi domba yang sedang bunting jangan di beri.
• Cairan tembakau (kira-kira 3 liter) ditambahkan 30 gram terusi. Selanjutnya masukan dalam botol kira-kira 30-50 cc lalu minumkan kepada domba yang sakit. Caranya domba yang sakit dipuasakan dulu selama 12 jam dan setelah diberikan cairan tadi puasakan lagi selama 6 jam, baru di beri makan seperti biasa.
Penyebab : cacing hati, cacing pita, cacing gelang/bulat
Tanda-tanda :
• Badan kurus
• Bulu kasar dan tidak mengkilat serta mudah rontok
• Mencret dan badannya lemah
• Banyak keluar air liur
Pencegahan :
• Kandang selalu kering
• Rumput yang diberikan jangan dari daerah yang becek atau dari lapangan penggembalaan umum
• Pemberian obat cacing dengan teratur
Pengobatan :
• Obat cacing egitol, tenoban, dan phenovis
• Buah pinang (jambe) yang cukup tua, di giling lalu diminumkan (dicekokkan) kepada domba. Tapi domba yang sedang bunting jangan di beri.
• Cairan tembakau (kira-kira 3 liter) ditambahkan 30 gram terusi. Selanjutnya masukan dalam botol kira-kira 30-50 cc lalu minumkan kepada domba yang sakit. Caranya domba yang sakit dipuasakan dulu selama 12 jam dan setelah diberikan cairan tadi puasakan lagi selama 6 jam, baru di beri makan seperti biasa.
E. Penyakit Kembung Perut (tympani)
Penyebab : domba terlalu banyak memakan rumput muda, sehingga banyak menimbulkan gas di dalam perut.
Penyebab : domba terlalu banyak memakan rumput muda, sehingga banyak menimbulkan gas di dalam perut.
Tanda-tanda :
• Perut kembung besar
• Domba tidak mau makan
• Perut kembung besar
• Domba tidak mau makan
Pencegahan :
• Domba jangan terlalu banyak diberikan makanan rumput muda
• Domba jangan terlalu banyak diberikan makanan rumput muda
Pengobatan :
• Seduhkan air gula merah dengan asam jawa diminumkan kepada domba yang sakit
• Domba ditunggingkan sambil di urut perutnya. Gas akan keluar sendiri.
• Seduhkan air gula merah dengan asam jawa diminumkan kepada domba yang sakit
• Domba ditunggingkan sambil di urut perutnya. Gas akan keluar sendiri.
F. Penyakit Borok/Kudis
Penyebab : domba kotor dan jarang dimandikan sehingga jadi borok/kudis.
Pencegahan :
• Kandang selalu bersih dan kering
• Jangan biarkan domba sampai kotor an bulunya di cukur.
Penyebab : domba kotor dan jarang dimandikan sehingga jadi borok/kudis.
Pencegahan :
• Kandang selalu bersih dan kering
• Jangan biarkan domba sampai kotor an bulunya di cukur.
Pengobatan :
• Domba dimandikan, digosok dengan daun ketepeng/daun petai cina. Lalu jemur dan diobati dengan ter atau olie bekas dapat pula dengan salf antibiotik
• Domba dimandikan, digosok dengan daun ketepeng/daun petai cina. Lalu jemur dan diobati dengan ter atau olie bekas dapat pula dengan salf antibiotik
G. Sakit Mata (Pink eye)
Penyebab : ke tusuk atau kena kotoran debu
Oleh virus rickettsia dan chlarnydia
Tanda-tanda :
• Mata merah dan bengkak, terdapat radang di dalam lapisan mata
• Keluar air mata
• Mata domba menutup terus
Penyebab : ke tusuk atau kena kotoran debu
Oleh virus rickettsia dan chlarnydia
Tanda-tanda :
• Mata merah dan bengkak, terdapat radang di dalam lapisan mata
• Keluar air mata
• Mata domba menutup terus
Pencegahan :
• Kandang selalu kering dan bersih
• Hindari makanan hijauan yang tajam atau berduri, seperti alang-alang
• Kandang selalu kering dan bersih
• Hindari makanan hijauan yang tajam atau berduri, seperti alang-alang
Pengobatan :
• Mata domba yang sakit dibersihkan
• Obati dengan salf mata Terramycin 0,1%
• Mata domba yang sakit dibersihkan
• Obati dengan salf mata Terramycin 0,1%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar