Tampilkan postingan dengan label Cybex Day. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cybex Day. Tampilkan semua postingan

Jumat, 17 Juni 2016

Penggunaan Pestisida Alami Relatif Aman Untuk Mengendalikan Hama Tanaman (Cybex Kementan RI)


Sumber Gambar: dalmadi
Berkembangnya penggunaan pestisida sintesis (menggunakan bahan kimia sintetis) yang dinilai praktis oleh para pencinta tanaman untuk mengobati tanamannya yang terserang hama, ternyata membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar bahkan bagi penggunanya sendiri.
Dampak negatif dari penggunaan pestisida diantaranya adalah meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida, membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan yang salah dapat mengakibatkan racun bagi lingkungan, manusia serta ternak.
Cukup tingginya bahaya dalam penggunaan pestisida sintetis, mendorong usaha untuk menekuni pemberdayaan pestisida alami yang mudah terurai dan tidak mahal. Penyemprotan terhadap hama yang dapat mengakibatkan rasa gatal, pahit rasanya atau bahkan bau yang kurang sedap ternyata dapat mengusir hama untuk tidak bersarang di tanaman yang disemprotkan oleh pestisida alami. Oleh karena itu jangan heran bila penggunaan pestisida alami umumnya tidak mematikan hama yang ada, hanya bersifat mengusir hama dan membuat tanaman yang kita rawat tidak nyaman ditempati.
Bahan yang digunakan pun tidak sulit untuk kita jumpai bahkan tersedia bibit secara gratis. Contohnya seperti tanaman bunga kenikir yang masih dapat di temui ditanah-tanah kosong pada daerah yang cukup tinggi.. Jenis lain yang digunakan pun harus sesuai dengan karakter dari bahan yang akan digunakan serta karakter dari hama yang ada. Seperti peribahasa, tak kenal maka tak sayang, sehingga menjadi: tak kenal bahan dan jenis hama maka tak dapat mengusir dan mengendalikan hama. Bahan lainnya adalah kunyit, sereh, bawang putih, daun jatropa, daun diffen, jenis rempah-rempah dan lainnya.
Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Untuk mengukur tingkat keefektifan dosis yang digunakan, dapat dilakukan eksperimen dan sesuai dengan pengalaman pengguna. Jika satu saat dosis yang digunakan tidak mempunyai pengaruh, dapat ditingkatkan hingga terlihat hasilnya. Karena penggunaan pestisida alami relatif aman dalam dosis tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun yang diberikan tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Yang ada hanya kesalahan teknis, seperti tanaman yang menyukai media kering, karena terlalu sering disiram dan lembab, malah akan memacu munculnya jamur. Kuncinya adalah aplikasi dengan dosis yang diamati dengan perlakuan sesuai dengan karakteristik dan kondisi ideal tumbuh untuk tanamannya.
Selain harus mengenal karakter dari bahan yang akan digunakan, karakter hamanya sendiri pun harus diperhatikan dengan baik. Dengan mencari informasi karakter hidup hama, mendengarkan dari pengalaman orang lain serta mengamati sendiri, kita dapat mencari kelemahan dari hama tersebut. Contohnya untuk kutu yang menempel kuat di batang atau daun dapat diatasi dengan menggunakan campuran sedikit minyak agar kutu tidak dapat menempel. Selain itu, untuk semut yang menyukai cairan manis pada tanaman, dapat disemprotkan air sari dari daun yang sifatnya pahit seperti daun pepaya, daun diffen, dan lainnya.
Berikut beberapa contoh hama dan pestisida alami yang digunakanya:
1. Kutu Putih pada daun atau batang. Dapat digunakan siung bawang putih yang ditumbuk dan diperas airnya serta dicampurkan dengan air sesuai dosis yang diperlukan. Jika kutu melekat erat pada tanaman, dapat digunakan campuran sedikit minyak kelapa. Semprotkan campuran tersebut pada tanaman yang terserang hama.
2. Tikus. Buah jengkol dapat ditebarkan di sekitar tanaman atau di depan lubang sarang tikus. Atau dengan merendam irisan jengkol pada air selama 2 hari. Lalu semprotkan pada tanaman padi yang belum berisi akan menekan serangan walang sangit.
3. Berbagai serangga. Air rebusan cabai rawit yang telah dingin dan dicampur dengan air lagi serta disemprotkan ke tanaman akan mengusir berbagai jenis serangga perusak tanaman.
4. Aphids. Air rebusan dari campuran tembakau dan teh dapat mengendalikan aphid pada tanaman sayuran dan kacang-kacangan. Air hasil rebusan di campurkan kembali dengan air sehingga lebih encer.
5. Berbagai serangga. Air rebusan daun kemangi atau daun pepaya yang kering ataupun yang masih segar, dapat disemprotkan ke tanaman untuk mengendalikan berbagai jenis serangga.
6. Nematoda akar. Dengan menggunakan bunga kenikir (Bunga Tahi Kotok) yang direndamkan oleh air panas mendidih. Biarkan semalam lalu saring. Hasil saringan tersebut disiramkan ke media tanaman. Penting diperhatikan media yang digunakan mudah dilalui oleh air.
7. Mengendalikan serangga, nematoda dan jamur. Dengan membuat air hasil rendaman tumbukan biji nimba dengan air selama tiga hari. Lalu siram pada tanaman, umumnya efektif pada tanaman sayuran.
Penulis : Dalmadi BBP2TP Bogor
Email. dmdl2011@yahoo.com
Sumber Bacaan dan foto : utkampus.net, Data jenis pestisida alami dari berbagai sumber lainnya

Cybex Day with BPP Purwoasri

Manfaat Buah Mundu (Apel Jawa)

Mundu / Apel Jawa

(Garcinia dulcis)

Mundu

Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
G. dulcis
Garcinia dulcis
(Roxb.) Kurz
Mundu atau rata (Garcinia dulcis) adalah :
Sejenis pohon buah-buahan minor (kurang penting) yang asli Indonesia. Buah ini juga biasa disebut apel jawa. Buahnya dapat dimakan segar atau diolah menjadi selai. Mundu tidak sama dengan mundung (menteng), meskipun namanya mirip. Mundu yang semakin langka ditemukan ini merupakan anggota marga Garcinia, sehingga juga berkerabat dekat dengan manggis (Garcinia mangostana) dan asam kandis (Garcinia parvifolia). Mundu dipercaya sebagai tanaman buah asli Indonesia yang hanya tumbuh di Jawa dan sebagian Kalimantan, meskipun tumbuhan ini juga tumbuh di Filipina dan Thailand, dan karena mutu buah ini kurang baik, maka buah ini kurang diremajakan.
Sinopsis :
Tanaman dari jenis manggis-manggisan {Garcinia) merupakan salah satu tumbuhan yang belum didayagunakan secara optimal. Padahal, beberapa jenis Garcinia merupakan penghasil kayu keras dan berharga tinggi, buahnya dapat dimakan, dan bijinya mengandung minyak. Selain itu, beberapa dari tanaman Garcinia digunakan untuk obat. Sebagian besar dari Garcinia di Indonesia masih tumbuh liar di hutan-hutan. Hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan telah dibudidayakan di kebun-kebun penduduk di seluruh Indonesia. Salah satunya adalah Mundu (Garcinia duicis).
           Buah Mundu (Garcinia duicis) dapat dimakan langsung dan diolah menjadi selai bahkan sebagai campuran jamu tradisional. Kayu dan kulitnya dipakai sebagai campuran pembuat warna hijau alami. Tumbukan bijinya digunakan untuk mengobati pembengkakan, gondok, dan sariawan. Buah Mundu dipakai sebagai pencahar, antimalaria dan mengobati penderita gangguan empedu. Sedangkan pucuk daun Mundu muda digunakan untuk mengobati diare. Mundu juga dapat digunakan sebagai obat penurun demam, antiinflamasi, dan antipiretik. Selain itu, juga digunakan sebagai obat tradisional untuk struma, parotitis dan antimalaria. Dan masih banyak lagi kegunaan lain dari pohon langka yang sangat baik menyerap air hujan ini.
Buku ini mengupas tuntas khasiat dan manfaat yang ada pada tanaman mundu. Pohon yangsangat jarang kita temui ini ternyata menyimpan kegunaan yang sangat banyak. Namun justru karena itu, peluang bisnis tanaman buah langka si"apel jawa” ini menjadi terbuka lebar. Sumber BPP Purwoasri

Kamis, 16 Juni 2016

Cybex Day with BPP Pare

Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil Peternakan Bagi Ibu-ibu KWT Sinar Gemilang dan PKK Desa Tertek Kecamatan Pare


Desa Tertek, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri disamping potensial dalam pengembangan komuditas tanaman pangan, juga potensial dengan komuditas peternakan. Data Kecamatan Pare Dalam Angka Tahun 2014/2015 jumlah ternak unggas di wilayah Desa Tertek meliputi ternak ayam buras (6.146 ekor), ayam ras petelur (11.000 ekor) dan itik/entok (1.666 ekor). Potensi ternak unggas tersebut perlu dikembangkan olahan hasil peternakan ayam dengan suatu sentuhan teknologi, salah satunya dengan memberikan pelatihan teknologi olahan nugget.

Hasil koordinasi antara Mantri Peternakan, PPL dan Pengurus KWT/PKK Desa Tertek, telah sepakat untuk dilaksanakan kegiatan pelatihan pengolahan hasil peternakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu anggota KWT/PKK dalam mengolah hasil peternakan serta meningkatkan nilai tambah dan daya tahan produk hasil peternakan.

Kegiatan pelatihan pengolahan hasil peternakan dilaksanakan di Balai Desa Tertek pada hari Kamis tanggal 19 Mei 2016 atas dukungan program dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kediri. Kegiatan tersebut dipimpin oleh Kesubdin Peternakan Kab Kediri dan dihadiri pula oleh Kasi Kesos Kecamatan Pare dan Koordinator BPP Kecamatan Pare.

Pada kegiatan pelatihan tersebut ibu-ibu anggota PKK / KWT sebagai peserta pelatihan diberikan materi teknologi pembuatan nugget sebagai makanan padat gizi hasil olahan daging ayam. Narasumber dalam kegiatan ini adalah Ibu Drh. Catur dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kediri. Beliau menyampaikan tentang keunggulan nugget disamping praktis, mudah dicerna, mudah dibuat, harga terjangkau juga tahan lama jika disimpan dalam bentuk beku. Dan yang terpenting adalah olahan nugget ini mengandung cukup nutrisi berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.


Bahan dasar pembuatan nugget  adalah :
  • Daging ayam atau hewani lainnya (merupakan sumber protein)
  • Sayuran  antara lain jamur tiram, wortel, bayam, brokoli  (merupakan sumber vitamin dan mineral)
  • Telur (merupakan sumber protein)
  • Tepung terigu dan panir (merupakan sumber karbohidrat)
  • Bumbu 
Resep Nugget Ayam



Bahan :
  • 200 gram daging ayam giling
  • 150 gram wortel
  • 1 butir telur ayam
  • 40 gram tepung terigu
  • 100 gram tepung roti/panir
  • 250 ml minyak untuk menggoreng
  • 40 ml air es
Bumbu :
  • 10 butir bawang merah
  • 10 butir bawang putih
  • Bawang pre secukupnya
  • Bawang bombay secukupnya
  • 1/2 sdt garam
  • 1 sdm gula pasir
  • 1/2 sdt lada bubuk
  • 1/4 sdt pala
Cara Membuat :
  1. Haluskan daging ayam, wortel dan semua bumbu
  2. Campurkan semua bahan
  3. Tambahkan air es dan tepung terigu sampai rata
  4. Letakkan adonan dalam loyang yang telah dilumuri minyak/mentega
  5. Kukus nugget dalam loyang selama 30 menit
  6. Angkat dan dinginkan
  7. Cetak adonan sesuai dengan selera
  8. Olesi nugget dengan telur dan balut dengan tepung panir
  9. Siap digoreng
  10. Jika tidak langsung digoreng bisa disimpan dalam freezer 

Written by : Admin

Cybex Day with BPP Pare

BIOGAS ENERGI ALTERNATIF DI KELOMPOK TANI "TANI MAKMUR" DESA PELEM KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI

Energi mempunyai peran penting bagi pembangunan ekonomi nasional, peranannya sangat diperlukan untuk pertumbuhan kegiatan industri, jasa, perhubungan dan rumah tangga. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung pertumbuhan sektor industri dan kegiatan lain yang terkait. Meskipun Indonesia adalah salah satu negara penghasil minyak dan gas, namun berkurangnya cadangan minyak, penghapusan subsidi menyebabkan harga minyak naik dan penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan hidup. Oleh karena itu pemanfaatan sumber-sumber energi alternatif dan ramah lingkungan menjadi suatu alternatif.

Salah satu alternatif adalah pemanfaatan energi biogas yang dapat diperoleh dari hasil prosesing air limbah rumah tangga; kotoran peternakan ayam, sapi, babi; sampah organik; industri makanan, pabrik tapioka, pabrik kelapa sawit, sampah kota dan sebagainya.

Selain potensi yang besar, pemanfaatan energi biogas dengan reaktor biogas memiliki banyak keuntungan, yaitu mengurangi efek gas rumah kaca, mengurangi bau yang tidak sedap, mencegah penyebaran penyakit, menghasilkan panas dan daya (mekanis/listrik) serta hasil samping berupa pupuk padat dan cair. Pemanfaatan limbah dengan cara seperti ini secara ekonomi akan sangat kompetitif seiring naiknya harga bahan bakar minyak dan pupuk anorganik. Di samping itu, prinsip nir limbah (zero waste) merupakan praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.


Pemanfaatan biogas dapat mengurangi emisi gas metana (CH4) yang dihasilkan dalam proses dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari sektor pertanian dan peternakan. Dengan menggunakan digester/reaktor kotoran sapi difermentasi menjadi gas metana (biogas). Gas metana termasuk gas yang menimbulkan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global, karena gas metana memiliki dampak 21 kali lebih tinggi dibandingkan gas karbondioksida (CO2). Pengurangan gas metana secara lokal ini dapat berperan positif dalam upaya mengatasi masalah global (efek rumah kaca) yang berakibat pada perubahan iklim global.

Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada material-material yang dapat terurai secara alami dalam kondisi anaerobik. Pada umumnya biogas terdiri atas gas metana (CH4) 50 - 70 %, gas karbondioksida (CO2) 30 - 40 %, hidrogen (H2) 5 - 10 % dan gas-gas lainnya dalam jumlah yang sedikit. Gas metana (CH4) termasuk gas yang menimbulkan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global, karena gas metana memiliki dampak 21 kali lebih tinggi dibandingkan gas karbondioksida (CO2). Pengurangan gas metana secara lokal ini dapat berperan positif dalam upaya mengatasi masalah global (efek rumah kaca) yang berakibat pada perubahan iklim global. Biogas kira-kira memiliki berat 20 % lebih ringan dibandingkan udara dan memiliki suhu pembakaran antara 650 - 750ºC. Biogas tidak berbau dan berwarna yang apabila dibakar akan menghasilkan nyala api biru cerah seperti gas LPG. Nilai kalor gas metana adalah 20 MJ/m3
Tabel 1. Jumlah ternak yang diperlukan untuk produksi biogas
NO.
JENIS TERNAK
JUMLAH (EKOR)
POTENSI BIOGAS
1.
Ruminansia besar
2
Menghasilkan biogas
setara minyak tanah 
1,23 liter/hari
2.
Ruminansia kecil
36
3.
Kuda
3
4.
Babi
15
5.
Unggas
363

Pada pertengahan bulan November 2015, di Desa Pelem, tepatnya di wilayah kelompok tani ternak "Tani Makmur" Dusun Ngeblek telah membangun instalasi biogas dari kotoran ternak sapi. Proses pengerjaannya selama ± 10 hari. 


Dasar–dasar yang perlu diperhatikan dalam membuat instalasi biogas diantaranya :

1. Lokasi Bangunan

Usahakan letak bangunan instalasi biogas berada di lahan yang permukaan air tanahnya lebih dari 2 meter, hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya air tanah masuk ke ruang pembentukan biogas (digester/reaktor). Usahakan lokasi instalasi biogas tidak jauh dari kandang dan tempat pemanfaatan biogas.

2. Ruang Proses Pembentukan Biogas harus Kedap Air dan Udara
  • Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bangunan instalasi biogas (batu bata, pasir, semen, split) harus bebas dari tanah dan kotoran lainnya.
  • Proses pembuatan bangunan diperlukan ketelitian dan kesabaran.
  • Hindari batu merah retak untuk pembuatan bangunan instalasi.
  • Membuat campuran adonan cor (semen dan pasir) harus sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan dan pengadukan dilakukan di tempat yang bersih.
  • Batu bata harus utuh, untuk menghemat, pemasangan batu bata disusun miring.
  • Pemasangan batu bata untuk dinding reaktor yang berbentuk kubah, diperlukan perbandingan adonan pasir dan semen.
Pada pembangunan instalasi biogas di wilayah kelompok tani ternak "Tani Makmur" Desa Pelem menggunakan model kubah diameter 3,5 meter. Instalasi tersebut memerlukan 1500 buah batu bata merah, 25 sak semen, dan dua rit pasir. Setiap 6 hari sekali dilakukan pengisian kotoran ternak sapi sebanyak 2 blung ( setiap blung ± 40 kg) yang telah dicampur air dengan perbandingan 2:1. 

Supeno, Sang Ketua Kelompok mengatakan bahwa biogas ini sangat hemat. Biasanya dalam 3-4 hari untuk keperluan memasak menghabiskan 1 tabung gas elpiji 3 kg. Kini setelah menggunakan biogas sama sekali tidak menggunakan elpiji. Ditambah untuk penerangan dapurnya juga menggunakan lampu petromak dari biogas. Saat ini telah melayani 3 rumah tangga untuk keperluan memasak sebagai pengganti elpiji.

Pemanfaatan Lumpur Keluaran Instalasi Biogas

Lumpur keluaran dari instalasi biogas dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik dalam bentuk padat dan cair. Padatan dalam bentuk basah atau kering dapat dimanfaatkan langsung untuk pupuk karena sudah mengalami dekomposisi selama proses fermentasi di dalam digester/reaktor, bahkan mikro organisme yang bersifat pathogen hanya dalam jumlah yang sangat kecil sehingga padatan ini sangat baik untuk media tanam jamur atau pembibitan tanaman.

Salah satu Kontak Tani sebagai Ketua Kelompok Tani "Tani Makmur" ( Bpk. Supeno ) Desa Pelem Kecamatan Pare telah mecoba kreatifitasnya dengan memanfaatkan limbah peternakannya untuk diproses agar bisa menghasilkan biogas. Kreatifitasnya telah mendapatkan hasil, sehingga biogas dapat dimanfaatkan untuk kompor dan lampu petromak.



Berikut foto pembuatan biogas dari kelompok tani "Tani Makmur" Desa Pelem Kecamatan Pare.





Referensi : 
http://www.academia.edu/12269686/DESAIN_ALAT_BIOGAS_DARI_KOTORAN_SAPI_SKALA_RUMAH_TANGGA

Jumat, 27 November 2015

Cybex Day

BPP Pare
Temu lapang Agribisnis Timun (Hortikultura) di Poktan Sido Makmur Desa Tertek, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri 


Dalam rangka meningkatkan kapasitas  BPP, maka BPP Kecamatan Pare Kabupaten Kediri telah melaksanakan demplot agribisnis hortikultura dengan komuditas timun. Kegiatan tersebut ditindak-lanjuti dengan kegiatan temu lapang yang diselenggarakan bekerjasama dengan PT Agricon. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 4 November 2015 di lahan Bapak Sugiono selaku petani demonstrator. Hadir dalam kegiatan ini antara lain para petani sekitar, Penyuluh Pertanian, Penyuluh Pertanian Swasta dan Babinsa yang secara keseluruhan dapat memanfaatkan media demplot dan temu lapang.
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan temu lapang ini adalah membuka kesempatan bagi petani sekitar untuk mendapatkan informasi tentang teknologi yang diterapkan dalam demplot serta menjalin hubungan yang lebih akrab antara petani dengan petugas baik dinas maupun swasta. Demplot Timun dilaksanakan pada lahan seluas 0,14 Ha ( 100 Ru ). 
Kegiatan demplot di awali dengan CPCL dan survey lahan. Sedangkan kegiatan agribisnis meliputi perencanaan, penyediaan agro-input, pengolahan lahan, perawatan, panen dan pemasaran produk. Panen pertama pada umur 32 hari setelah tanam sebanyak 40 kg. Setiap 2 hari sekali dilakukan pemanenan dan produk tertinggi tercapai pada panen yang ke-4 sebanyak 1300kg. 
 
Pada saat temu lapang panen sudah dilakukan sebanyak 8 kali dengan total produksi sebanyak 7 ton. Setiap kali panen harga yang diperoleh bervariasi antara Rp 1.200 sampai Rp 2.000 per-kg,-. Diperkirakan panen masih dilakukan hingga 5-6 kali lagi.

Jumat, 30 Oktober 2015

Cybex by BPP

BPP PARE
Pembuatan dan Pengkayaan Bokashi



I.  PEMBUATAN BOKASHI

Bahan yang diperlukan :
1.         Air                                    : disesuaikan dengan kelembaban bahan baku
2.         Tetes                                : 1L
3.         Dekomposer                    : 1-2 L
4.         Urine (ternak)                  : 2-4 L (kalau ada)
5.         Kotoran ternak                : 1 ton (lebih baik jika terdiri dari kotoran sapi 60 %, kambing 20 % dan ayam 20 %)
6.         Arang sekam/batok        : 50-100 kg
7.         Sekam/limbah gergaji    : 50 kg
8.         Kapur Dolomit                : 10-15 kg
9.         Dedak                              : 10-15 kg
Cara pembuatan :
Bahan baku  cair dilarutkan dengan 50 – 60 L air
  1. Bahan baku padat disusun berdasarkan urutan no kecil di bawah (jika bahan baku terlalu kering siram dulu dengan air) kemudian diaduk hingga rata
  2. Selanjutnya bahan campuran cair disiramkan pada bahan campuran padat dan diaduk lagi hingga rata
  3. Kemudian dibuat gundukan setinggi  60 cm disiram lagi dengan air dan ditutup (sebaiknya pakai kain)
  4. Lakukan pengecekan setiap hari dengan memasukkan tangan, bila terlalu panasdibongkar agar dingin dan dikembalikan lagi
Agens hayati yang bisa ditambahkan  pada bahan organik

Agens hayati yang biasa digunakan untuk penambah pupuk organik adalah : Trichoderma sp. dan Pseudomonas fluorescens.
  • Trichoderma sp. adalah agens hayati kelompok jamur bersifat antagonis dan indofit berfungsi meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit dan mengendalikanpenyakit jamur  tular tanah.
  • Pseudomonas fluorescens adalah agens hayati  kelompok bakteri  bersifat antagonis berkembang disekitar perakaran berfungsi  mengendalikan penyakit tular tanah yang disebabkan oleh bakteri dari jamur.

II.  PENGKAYAAN BOKASHI


A.                Pengapuran pada bokashi
Hasil terbaik bokashi adalah memiliki pH netral atau mendekati alkali. Oleh karena itu bahan organik  perlu ditambahkan  pengapuran pada saat proses fermentasi. Kapur  yang dapat digunakan adalah dolomit, kaptan, atau kalsium karbonat.
B.                 Pengkayaan dengan Nitrogen (N)
Pengkayaan dengan nitrogen dapat dengan cara konvensional yaitu menambahkan pupuk anorganik seperti urea pada saat fermentasi.  Namun, hal ini dapat menghilangkan “keotentikan” bokashi itu sendiri sebagai  pupuk organik. Selain itu, pengkayaan nitrogen bisa dilakukan melalui teknik penambahan bahan-bahan  organik dengan kandungan nitrogen tinggi seperti urine hewan, tanaman legume (jenis polong-polongan misalnya kacang-kacangan, gamal, lamtoro, dll.) atau bahkan Azolla pinata.. Kita bisa memiilih bahan tambahan tersebut tergantung bahan mana yang paling mudah didapatkan. Selain dapat meningkatkan kandungan unsur nitrogen pada produk akhir, penambahan bahan organik kaya nitrogen ini  dapat mempengaruhi nilai C/N bahan bokashi sehingga dapat mempercepat proses fermentasi.
C.                 Pengkayaan dengan Fosfor (P)
Pengkayaan dengan Fosfor dapat dilakukan dengan mencampurkan fosfat alam (batu fosfat/rock phosphat) sebanyak 5 % pada saat fermentasi. Sumber lain dapat digunakan juga tepung tulang (2-4 % fosfor), kotoran kelelawar/burung laut(guano), pohon pisang (1-2 % fosfor). Namun penggunaan fosfat alam kandungan rendah (< 11 %) masih paling banyak digunakan karena mengandung juga kalsium dan unsur mikro yang cukup tinggi.
D.                Pengkayaan dengan Kalium (K)
Serbuk granit seperti feldspar, kulit buah jarak pagar, kulit dan batang pisang (34-42 % kalium), kulit kentang, rumput laut dan bakung air adalah bahan-bahan alami yangdapat ditambahkan sebagai pengkaya bokashi dalam hal unsur hara kalium.
            Tabel 1. Kandungan unsur kalium berbagai bahan organik
Jenis Limbah
K2O (%)
Kotoran hewan :
Ayam
0,40
Sapi
0,10
Kuda
0,40
Domba
0,45
Kambing
0,17
Kerbau
0,34
Limbah Pertanian
Kulit jarak pagar
8,67
Jerami
1,67
Ampas sagu
0,07
Gulma dan tanaman liar :
Babandotan 
(A. Conyzoides var. hirtum Lam)
2,03
Pangkasan ki pahit 
(T. Diversifolia Hamsley A Grey)
2,29

(Sumber : Materi Pelatihan Pembuatan dan Pengkayaan Bokashi yang disampaikan di Kelompok Tani "Tani Rukun" Desa Bendo, tanggal 10 September 2015)

Rabu, 28 Oktober 2015

Beternak Domba


Diintisarikan Oleh ; Agus Hermawan (PPL BP3K Sukasari-Subang)

Peternakan domba di Kabupaten Sukabumi sampai saat ini, umumnya belum ada yang berbentuk usaha komersial (perusahaan), seperti halnya usaha ternak ayam dan sapi. Di negara-negara yang telah maju, seperti Amerika serikat dan Australia usaha ternak ini telah berkembang menjadi usaha-usaha peternakan yang komersial. Usaha peternakan domba di Kecamatan Ciambar pada umumnya masih dilaksanakan secara tradisional, dimana jumlah ternak domba yang dipelihara berkisar antara 2-3 ekor saja. Usaha-usaha ini ditujukan sebagai usaha sambilan untuk memanfaatkan waktu luang setelah kegiatan usaha tani tanaman pangan. Sedangkan tujuan lainnya adalah sebagai sumber pupuk kandang dan sebagai tabungan atau simpanan modal bagi para petani.
Padahal jika usaha peternakan domba ini dikelola dengan baik dan benar akan meningkatkan pendapatan petani beserta keluarganya. Seiring dengan peningkatan penduduk dan kebutuhan akan gizi keluarga, maka permintaan ternak domba sebagai penghasil daging (protein hewani) meningkat pula. Hal tersebut merupakan peluang usaha yang perlu dikembangkan di masyarakat/petani.
Dalam rangka peningkatan peranan ternak domba sebagai penghasil daging di Kabupaten Sukabumi khususnya di Kecamatan Ciambar, maka disusunlah media penyuluhan pertanian ini dengan harapan agar pengetahuan, keterampilan dan motivasi petani ternak domba dapat lebih ditingkatkan dalam mengembangkan dan melaksanakan kegiatan usaha peternakan domba.

I. JENIS DOMBA
Jenis domba yang banyak dipelihara oleh petani ternak di kecamatan ciambar adalah Domba asli dan Domba garut.
A. Domba Asli
Domba asli atau di sebut juga domba local merupakan domba asli Indonesia dan terdapat disemua daerah di Jawa Barat, termasuk di kecamatan ciambar.
Domba ini sangat kecil, lambat dewasa, baik warna maupun tanda-tandanya tidak seragam. Hasil dagingnya sedikit. Berat badan jantan rata-rata 10-20 kg, dan betina 10-15 kg.

B. Domba Garut
Domba ini di sebut juga domba Priangan. Menurut para ahli domba ini hasil persilangan segi tiga antara domba asli, domba merino dan domba ekor gemuk (kaapstat) dari Afrika selatan, hal ini perlu penelitian lebih lanjut. Domba tersebut di Jawa Barat terkenal dengan nama Domba Garut.
Domba Garut jantan bertanduk besar, melengkung ke belakang berbentuk spiral, pangkal tanduk kanan kiri hamper bersatu, sedangkan yang betina tidak bertanduk. Telinga baik jantan maupun yang betina panjangnya sedang dan terletak di belakang tanduk.
Berat badan jantan rata-rata 60-80 kg bobot hidup, sedangkan yang betina rata-rata 30-40 kg. Bulunya lebih halus bila dibandingkan dengan bulu domba lokal.

II. REPRODUKSI TERNAK DOMBA
A. Dewasa Kelamin
Anak domba mencapai dewasa kelamin pada umur 8-10 bulan. Hal ini tergantung pada :
• Bangsa Domba; bangsa domba yang kecil masak kelaminnya lebih cepat dari pada bangsa domba yang lebih besar.
• Keadaan Makanan; domba yang mendapatkan makanan dalam jumlah yang cukup dan kwalitasnya baik akan mencapai masak kelamin yang lebih cepat.
• Keadaan Sekeliling; domba-domba di daerah tropis masak kelaminnya lebih cepat di bandingkan dengan domba-domba di daerah sedang atau dingin.
Dewasa tubuh pada ternak domba akan di capai rata-rata pada umur 18-20 bulan, sehingga sebaiknya domba betina dikawinkan pada umur 15 bulan, sedangkan domba jantan dikawinkan pada umur 18 bulan.
B. Sifat Reproduksi
1. Lama birahi : 20-40 jam atau rata-rata 30 jam
2. Lingkaran birahi/jarak birahi : 15-20 hari atau rata-rata 17 hari

3. Tanda-tanda birahi:
• Domba gelisah dan ribut
• Nafsu makannya berkurang
• Mencoba menaiki domba lain
• Vulva (alat kelamin) betina membengkak dan ke merah-merahan
• Keluar cairan bening dari vulvanya.
4. Lama bunting 144-152 hari atau rata-rata 148 hari (dibulatkan ± 5 bulan).

III. PEMELIHARAAN
Pemeliharaan ternak domba, terdiri dari 2 (dua) kelompok pemeliharaan yaitu:
A. Perawatan Tetap
Memandikan domba, pembersihan kandang, mengatur pergerakan domba terutama bagi domba pejantan, pemberian makan dan minum.
B. Perawatan Sewaktu-waktu
1. Perawatan Terhadap Induk Yang Sedang Bunting Tua
Induk domba yang sedang bunting tua ditempatkan di dalam kandang khusus yang dilengkapi dengan alas jerami kering. Disamping itu makanan yang diberikan harus lebih baik kualitasnya.
Adapun tanda-tanda kebuntingan pada domba ialah pada umumnya di mulai dengan tidak timbulnya masa birahi pada masa siklus birahi berikutnya. Tingkah lakunya berubah, domba menjadi tenang, napsu makan bertambah, badan keliahatan makin bertambah besar dan bulat, Pada 2/3 dari masa kebuntingan dapat di lihat pada pergerakan anak pada perut sebelah kanan yang dapat di lihat/diperhatikan pagi-pagi sebelum ternak di beri makan.
2. Kelahiran dan Pertolongannya
Tiap-tiap kebuntingan berakhir dengan kelahiran. Sebelum ternak domba betina melahirkan, maka terlebih dahulu ternak tersebut memperlihatkan tanda-tanda, sebagai berikut:
• Ambing membengkak dan kemerah-merahan
• Putting susu jika di pijit akan keluar cairan keputih-putihan
• Vulva (kemaluan) membengkak dan selaput lendirnya merah serta keluar lender yang agak lengket
• Perutnya menggantung dan kekemplong melegok
• Bila berdiri kaki selalu direntangkan, pangkal ekor diangkat tinggi.
3. Perawatan Pada Anak Domba Yang baru Dilahirkan
• Membersihkan lendir dari lubang hidung dan mulut, supaya anak domba yang baru lahir dapat segera bernapas.
• Bila waktu lahir tali pusar yang belum putus dari placenta (tembuni) potong dahulu dengan gunting tajam dan telah disterilkan.
• Membersihkan lendir dari seluruh badan anak dengan lap sambil dilakukan pemijitan pada dinding rongga dada untuk merangsang penapasan.
• Setelah tali pusar di potong, olesi dengan jodium tincture. Dikampung biasanya digunakan kapur sirih atau abu dapur yang hangat.
4. Perawatan Pada Induk Domba Yang baru Melahirkan
• Bersihkan kaki belakang dan ekor dari kemungknan adanya kotoran/lender cairan pernapasan. Sebaiknya dengan air yang di campur disinfektan.
• Cuci ambingnya. Sebaiknya air hangat dan di campur dengan disinfektan yang tidak beracun.
• Awasi placenta yang mau jatuh/keluar setelah terjadi kelahiran supaya tidak terinjak. Bila menggantung agak panjang potong dan setelah keluar semua segera di ambil dan ditanam (kubur)
5. Perawatan Kuku
Jika kuku domba dibiarkan saja, maka sering sekali pertumbuhan kuku ini akan mengganggu domba di waktu berjalan atau bergerak. Bahkan sering menjadi pangkal berjangkitnya penyakit kuku atau kelumpuhan.
Oleh karena itu, hendaknya pada waktu-waktu tertentu diadakan pemerksaan kuku dan jika perlu memotong kukunya dengan pisau. Selain itu jangan membiarkan domba berkeliaran di sawah-sawah atau tanah liat dan basah. Hal ini akan menyebabkan tersumbatnya celah-celah kuku sehingga mudah dijadikan sarang penyakit.
6. Pencukuran Bulu
Pencukuran bulu ini penting dilakukan karena bulu domba yang terlalu panjang merupakan tempat baik untuk kutu-kutu. Pencukuran bulu pada domba pejantan sangat dianjurkan, terutama pada bulu-bulu disekitar perut bawah dan sekitar alat kelaminnya. Adapun manfaatnya adalah dapat memperbaiki kualitas sperma.
C. Mengawinkan Domba
Untuk mendapatkan produksi anak domba dalam pemeliharaan domba, maka domba-domba itu harus dikawinkan terlebih dahulu. Agar tujuan produksi tersebut tercapai, maka perlu diperhatikan waktu perkawinan.
Umumnya domba birahi tidak setiap waktu, jadi ada waktu-waktu tertentu yang biasanya tetap setiap bulan. Disamping itu, bila tidak sedang birahi domba betina tidak mau dikawini meskipun dipaksa. Oleh karena itu harus diketahui dulu tanda-tanda birahinya.
Adapun tanda birahi ternak domba, sebagai berikut:
• Domba gelisah dan ribut
• Nafsu makannya berkurang
• Mencoba menaiki domba lain
• Vulva (alat kelamin) betina membengkak dan ke merah-merahan
• Keluar cairan bening dari vulvanya
Maka saat itulah domba betina sebaiknya dikawinkan supaya terjadi kebuntingan, sebab sekalipun dipaksa kalau domba betina tidak dalam keadaan birahi maka tidak akan terjadi kebuntingan. Hal ini sering dilakukan oleh para petani peternak yang tidak tahu. Akibatnya karena berkali-kali dikawinkan tidak bunting, dianggap domba itu mandul (majir), padahal sebetulnya bukan mandul akan tetapi dikawinkan tidak tepat pada waktu birahi.
Sebagai pegangan, waktu yang sebaiknya untuk mengawinkan domba-domba betina bila terjadi birahi adalah sebagai berikut:
WAKTU BIRAHI SAAT MENGAWINKAN YANG BAIK TERLAMBAT
Pagi hari sampai jam 10.00 wib Siang sore itu juga sampai malam Besok pagi harinya
Siang hari sampai jam 15.00 wib Sore malam hari atau sampai dini hari Besok paginya
Malam hari atau sore hari Malam hari itu juga sampai esok paginya jam 8.00 wib. Besok paginya bila melebihi jam 8.00 wib
D. Penentuan Umur Domba
Untuk menentukan umur domba, yaitu dengan melihat giginya. Akan tetapi tentunya yang lebih tepat dengan melihat catatan kelahirannya.
Gigi ternak domba hanya terdapat di bagian rahang bawah, sedang rahang atas hanya merupakan bantalan yang keras untuk membantu memotong rumput.
Jumlah giginya terdapat 4 pasang atau 8 buah. Bentuk pada anak-anak domba kecil dan berwarna putih bersih, disebut gigi susu. Tetapi yang tengah diganti dengan gigi tetap. Pada umur 2 tahun, gigi pada masing sebelah luar dig anti dengan gigi tetap.
Pada umur 3 tahun, 2 buah gigi susu dig anti lagi dengan gigi tetap dan akhirnya pada umur 4 tahun semua gigi susu telah dig anti dengan gigi tetap. Gigi tetap ini nyata sekali terlihat, karena bentuknya lebih besar dan berwarna putih agak kotor, lain halnya dengan gigi susu warnanya lebih putih dan bersih serta bentuknya lebih kecil.
Kemudian bila lebih dari 4 tahun maka umur domba ditentukan dengan melihat dari bagian gigi yang habis tergesek. Bila seperempat (1/4) bagian gigi telah habis tergesek, maka domba tersebut telah berumur 5 tahun. Jika setengah (1/2) bagian telah habis maka domba telah berumur 6 tahun, tiga perempat (3/4) bagian habis tergesek maka umurnya telah 7 tahun dan bila telah tergesek habis, maka diperkirakan domba itu telah berumur 8 tahun.

IV. KANDANG DAN PERALATAN

A. Kandang
1. Manfaat dan Fungsi Kandang
• Menjaga ternak domba dari kepanasan, kehujanan dan kedinginan
• Mempermudah pemeliharaan, pemberian makanan dan minuman
• Mempermudah bila mengadakan sleksi, vaksinasi dan pengontrolan terhadap domba-domba yang kena penyakit
• Kotoran menjadi terkumpul semua dan memudahkan pengangkutan
• Mempermudah perhitungan untung rugi pemeliharaan
2. Lokasi Kandang
• Tempat tidak becek dan lembab
• Cukup mendapatkan sinar mata hari pagi dan sore
• Jauh dari tetangga (perumahan tetatangga maupun rumah peternak)
• Tempat tidak akan dipakai untuk lalu lintas masyarakat
• Mudah saluran pembuangan air kencing dan kotoran
3. Bahan-bahan Kandang
Bahan yang akan di pakai untuk kandang bias bermacam-macam, seperti bambu atau kayu dengan atap dari jerami, seng, alang-alang atau genting. Jadi bahan yang akan digunakan tergantung:
• Kemampuan peternak
• Selera peternak
• Tersedianya bahan-bahan itu sendiri di tempat.
4. Bentuk Kandang
Sesuai dengan bahan-bahan yang dipergunakan, maka untuk kandang ini dapat disesuaikan dengan bahan yang dapat dipergunakan, mulai dari bentuk yang sederhana sampai kepada bentuk yang lebih baik. Bentuk yang sederhana dapat di buat dari bamboo dengan atap ari rumbia dan lantai bias terbuat dari bamboo yang dianyam.
Kandang bila keadaan memungkinkan maka sebaiknya menghadap kea rah datangnya cahaya mata hari pagi. Adapun ukuran se ekor domba adalah:
• Domba betina dewasa : 1 x 1,2 m2
• Domba jantan dewasa : 1,2 x 1,4 m2
• Anak domba : ukuran kandang betina dewasa untu 2 ekor
Disamping itu harus diperhatikan pula, bahwa bahan-bahan yang dipakai untuk kandang pejantan harus lebih kuat dan besar untuk menjaga tidak rusak

Kandang berlantai papan atau bambu yang dianyam dan berlubang dengan jarak sekitar 2 cm, sehingga kotoran akan langsung jatuh kekolong. Keuntungan kandang berkolong, lantai selalu bersih, begitu pula keadaan dombanya akan bersih, kotoran tertampung sehingga mudah mengumpulkannya.

B. Peralatan Kandang
1. Tempat makanan (rumput) atau di sebut juga kokopan, di buat menempel pada sisi muka kandang dengan ukuran; Dasar 25 cm, tinggi atau dalam 50 cm, lebar atas 50 cm. Ruji-ruji tempat keluar masuknya kepala domba pada waktu makan 20-30 cm, jarak antara tempat makan dengan lantai setinggi 25 cm.
2. Tempat minum simpan di tepi kandang, terbuat dari tong kayu, ember plastic atau sumber dari bahan lain yang tidak mudah kena karat dan mudah dibersihkan.
3. Pintu kandang di buat cukup lebar dan tinggi, sehingga baik ternak maupun orang dapat keluar masuk dengan mudah.
4. Tangga kandang; Model kandang berkolong/panggung diperlukan tangga yang di buat miring dibubuhi alur-alur melintang supaya tidak licin dan domba tidak mudah tergelincir. Bisa juga di buat dari gedeg/anyaman bambu.
5. Tempat makanan/hijauan; Dibagian kandang sebelah luar di bawah atap perlu dibuatkan tempat menyimpan makanan/hijauan sebelum diberikan kepada domba.
6. Tempat kompos atau tempat penampungan kotoran pada kandang model panggung adalah berupa lubang memanjang di bawah kolong kandang, di buat cukup dalam agar dapat menampung kotoran lebih banyak. Apabila sudah penuh dapat diangkut untuk keperluan memupuk tanaman.

V. MAKANAN DOMBA

A. Manfaat Makanan
• Makanan merupakan faktor penting di dalam kelangsungan hidup ternak
• Kesalahan-kesalahan dalam pemberian makanan dapat menyebabkan terganggunya kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian
• Makanan yang tinggi mutunya dapat mempercepat pertumbuhan anak-anak domba dan memperbaiki kualitas daging dari domba yang akan di potong
• Makanan berpengaruh terhadap sistem reproduksi
B. Jenis Bahan Makanan
Bahan makanan yang diberikan pada ternak domba umumnya terdiri dari:
• Hijauan
• Makanan penguat (konsentrat)
Yang dimaksud makanan penguat adalah campuran dari berbagai bahan makanan seperti dedak halus, bungkil kelapa, jagung giling, ditandai dengan kadar serat kasar rendah (< 20%) akan tetapi protein relatif tinggi. Sebaiknya diberikan makanan hijauan dan makanan penguat dengan perbandingan : Hijauan 94% dan makanan penguat 6%.
Hijauan diberikan kepada ternak domba bias bermacam-macam seperti rumput lapangan, rumput gunung atau rumput yang khusus dipelihara untuk ternak domba, misalnya rumput BB (Brachiaria brizantha) dan rumput BD (Brachiaria decumbens) dan atau jenis kacang-kacangan sperti lamtoro, petai cina.
C. Jumlah dan Susunan Ransum
Sebaiknya ternak domba yang kita pelihara ini cukup kebutuhan sehari-harinya, maka ransom yang diberikan adalah sebagai berikut:
• Untuk betina dewasa tidak bunting dan digemukan
- Hijauan (dapat terdiri dari rumput-rumputan atau campuran dengan daun kacang-kacangan) sebanyak 6-8 kg
- Makanan penguat terdiri dari
Dedak halus = 1,5 bagian
Bungkil kelapa = 0,5 bagian
Diberikan 0,5-1 kg per hari dalam bentuk bubur
• Untuk pejantan dan betina bunting
- Hijauan (dapat terdiri dari rumput-rumputan atau campuran dengan kacang-kacangan) sebanyak 8-10 kg
- Makanan penguat terdiri dari
Dedak halus = 3 bagian
Bungkil kacang tanah = 2 bagian
Diberikan 0,5-1 kg per hari dalam bentuk bubur
• Untuk anak domba lepas di sapih
Pemberian ransom seperti domba betina dewasa tidak bunting. Ransum tersebut cukup untuk 2 ekor anak domba.
Makanan penguat harus selalu diberikan, terutama untuk:
• Domba betina yang sedang bunting
• Domba betina yang sedang menyusui
• Anak-anak domba yang digemukan
• Domba jantan yang sering dikawinkan
Frekwensi pemberian makanan bias bermacam-macam tergantung kepada kebiasaan peternak, ada yang 2 kali sehari atau 3 kali sehari. Pemberian makanan penguat harus diberikan dalam bentuk bubur, sehingga makanan itu tidak mengganggu pernapasan domba pada waktu memakannya.

VI. PENYAKIT DOMBA

Penyakit yang sering menyerang ternak domba, antara lain:
A. Penyakit Anthrax (radang limpa)
Penyebab : Sejenis kuman yang disebut Bacillus anthraxis
Spora tahan hidupnya sampai 20 tahun dalam tanah
Tanda-tanda :
• Napsu makan hilang
• Panas badan naik dan demam
• Sulit bernapas dan berak, terkadang mencret berdarah
• Kebengkakkan di bawah leher, dada, rusuk dan perut
• Ternak mati dengan tiba-tiba dan keluar darah dari lubang hidung, mulut dan lubang anus.
Pencegahan :
Vaksinasi anthrax yang teratur, minimal sekali dalam setahun, sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali
B. Penyakit Septichaenemia Epizootica (ngorok atau SE)
Penyebab : Sejenis bacteri yang disebut pasteurella multocida
Tanda-tanda :
• Timbul kebengkakkan di daerah tenggorokan dan di bawah rahang
• Panas badan naik
• Lidah bengkak dan menjulur keluar
• Mulut berbuih dan menganga terus
• Akibat tenggorokan bengkak, maka sulit bernapas dan suara ngorok
Pencegahan :
Vaksinasi dengan vaksin SE sebanyak 3 cc setahun dua kali.
Pengobatan :
Antibiotika – serum SE
C. Penyakit Mulut dan Kuku (Apthae Epizootica atau AE)
Penyebab : sebangsa virus
Tanda-tanda :
• Timbul lepuh-lepuh pada selaput lender, bibir dalam dan gusi
• Panas badan naik
• Napsu makan berkurang
• Banyak keluar air liur
• Diantara kuku terjadi luka (borok) akibatnya hewan pincang dan bahkan tidak bias jalan.
Pencegahan :
Vaksinasi dengan vaksin AE tiap 6 bulan sekali
Pengobatan :
Luka-luka di cuci dengan decline dan kemudian di beri antibiotika.
D. Penyakit Cacing
Penyebab : cacing hati, cacing pita, cacing gelang/bulat
Tanda-tanda :
• Badan kurus
• Bulu kasar dan tidak mengkilat serta mudah rontok
• Mencret dan badannya lemah
• Banyak keluar air liur
Pencegahan :
• Kandang selalu kering
• Rumput yang diberikan jangan dari daerah yang becek atau dari lapangan penggembalaan umum
• Pemberian obat cacing dengan teratur
Pengobatan :
• Obat cacing egitol, tenoban, dan phenovis
• Buah pinang (jambe) yang cukup tua, di giling lalu diminumkan (dicekokkan) kepada domba. Tapi domba yang sedang bunting jangan di beri.
• Cairan tembakau (kira-kira 3 liter) ditambahkan 30 gram terusi. Selanjutnya masukan dalam botol kira-kira 30-50 cc lalu minumkan kepada domba yang sakit. Caranya domba yang sakit dipuasakan dulu selama 12 jam dan setelah diberikan cairan tadi puasakan lagi selama 6 jam, baru di beri makan seperti biasa.
E. Penyakit Kembung Perut (tympani)
Penyebab : domba terlalu banyak memakan rumput muda, sehingga banyak menimbulkan gas di dalam perut.
Tanda-tanda :
• Perut kembung besar
• Domba tidak mau makan
Pencegahan :
• Domba jangan terlalu banyak diberikan makanan rumput muda
Pengobatan :
• Seduhkan air gula merah dengan asam jawa diminumkan kepada domba yang sakit
• Domba ditunggingkan sambil di urut perutnya. Gas akan keluar sendiri.
F. Penyakit Borok/Kudis
Penyebab : domba kotor dan jarang dimandikan sehingga jadi borok/kudis.
Pencegahan :
• Kandang selalu bersih dan kering
• Jangan biarkan domba sampai kotor an bulunya di cukur.
Pengobatan :
• Domba dimandikan, digosok dengan daun ketepeng/daun petai cina. Lalu jemur dan diobati dengan ter atau olie bekas dapat pula dengan salf antibiotik
G. Sakit Mata (Pink eye)
Penyebab : ke tusuk atau kena kotoran debu
Oleh virus rickettsia dan chlarnydia
Tanda-tanda :
• Mata merah dan bengkak, terdapat radang di dalam lapisan mata
• Keluar air mata
• Mata domba menutup terus
Pencegahan :
• Kandang selalu kering dan bersih
• Hindari makanan hijauan yang tajam atau berduri, seperti alang-alang
Pengobatan :
• Mata domba yang sakit dibersihkan
• Obati dengan salf mata Terramycin 0,1%