Budidaya cabai keriting adalah hal yang sudah tidak asing lagi, tetapi kalau menanamnya di lahan kering atau lahan tadah hujan atau lahan miring, membutuhkan kiat-kiat khusus agar mendapatkan hasil yang maksimal. Kita hanya dapat menanam satu kali saja dalam setahun, karena pengairan sangat bergantung pada air hujan. Inilah beberapa kunci suskses budidaya cabai keriting di lahan kering:
1. Persiapan Lahan
Lahan
dibuat guludan dengan ukuran lebar 100-110 cm, panjang menyesuaikan
dengan lahan. Tinggi guludan 30-50 cm, jarak antar guludan/parit 50 cm.
Guludan dibuat sesuai garis kontur atau nyabuk gunung. Pembuatan guludan
ini dilaksanakan pada musim kemarau, sehingga sewaktu hujan turun lahan
sudah siap. Berikan pupuk organik secukupnya. Pupuk dasar diberikan
sebelum guludan ditutup dengan plastik mulsa, yaitu sesudah tanah cukup
basah oleh air hujan.
2. Pembibitan dan Waktu Tanam
Benih
cabai keriting dari berbagai varietas sekarang sudah banyak tersedia di
toko-toko pertanian. Karena sangat bergantung pada air hujan, pembibitan
cabai keriting dilakukan setelah hujan dengan intensistas tinggi turun
pertama kali, biasanya pada awal bulan Nopember. Setelah bibit berumur
sekitar 25 hari atau hujan sudah turun dengan intensitas tinggi, siap
dipindah tanam.
3. Pemupukan dan Pengendalian OPT
Pemupukan
susulan diberikan dengan interval 1 minggu sekali dengan cara dikocor
atau di tajug dengan membuat lubang disebelah lubang tanam berjarak + 15
cm dari tanaman. Pupuk yang digunakan menyesuaikan dengan kebiasaan
setempat. Bisa digunakan pupuk NPK phonska dan ZA serta tambahan pupuk
mikro (calsium, magnesium, boron dll). Pemupukan terus dilanjutkan
sampai dengan masa panen, dengan menambahkan unsur kalium (KCL, MKP).
Pengendalian
OPT dilakukan sejak awal. Hama dan penyakit yang biasa menyerang
tanaman cabai tampar pada musim penghujan adalah Lalat buah, Ulat buah
dan Antraknosa (pathek). Hama thrips kadang juga menyerang tanaman cabai
tampar pada musim hujan. Untuk mengendalikan lalat buah dan ulat dapat
dibuat perangkap sex pheromon yang dipasang di luar areal pertanaman,
dan dilakukan penyemprotan secara rutin dengan insektisida kontak dari
golongan pyrethroid atau organophospat pada saat tanaman mulai berbuah.
Untuk hama thrips bisa digunakan insektisida berbahan aktif abamektin,
klorfenapir, imidakloprid, dll. Penyemprotan dilakukan dari atas dan
bawah bagian tanaman. Sedangkan untuk penyakit antraknosa/pathek dapat
dikendalikan dengan fungisida nabati atau fungsida kimia berbahan aktif
Mankozeb, Propineb, Ziram, Tembaga Hidroksida, atau dari golongan
Triazole. Pengendalian hama dan penyakit juga bisa dilakukan dengan
menjaga sanitasi lingkungan, membersihkan lahan dari gulma dan buah yang
rusak dikubur atau dibakar.
4. Panen dan Pasca Panen
Umumnya
cabai tampar dapat dipanen sekitar umur 90 hari setelah tanam. Panen
dapat dilakukan 2-3 hari sekali, jangan lebih dari 5 hari, karena buah
akan terlalu masak dan kualitas menurun. Cabai yang telah dipanen bisa
dijual dipasar Songgolangit (untuk daerah Ponorogo dan sekitarnya) pada
malam hari atau pada pengepul.
Ditulis Oleh: Said Wahyu F (THL-TBPP Kec. Jambon)/ diunggah : joesoef soegiarto,SP, admin_bapeluh kab Ponorogo/ E-mail : bpkjenangan@ymail.com / Hp 085856289363, E-Petani
Baca Juga :
3 komentar:
terima kasih p.arbai.... mestinya bapak2 penyuluh pertanian seperti ini, paling tidak bisa memberikan wawasan para petani kita yg selama ini kurang konek dg dinas, lebih2 langsung kpd kelompok2 tani, ditunggu lo oleh para petani...?
terima kasih atas perhatiannya bahyood pare, semoga ada manfaatnya untuk petani.
untuk cabe rawit, SOP ini apa bisa dipakai. Cabe rawit ditempat saya pada kena virus, daun keriting, menguning, kalau dipupuk, seperti gak ada respon
Posting Komentar